[4] Terminologi dan arah dasar perubahan mentalitas Bangsa Indonesia dipopulerkan oleh Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019, Ir. H. Joko Widodo.
[5] Disarikan dari Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2007), hlm. 18-27.
[6] Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2007), hlm. 37.
[7] Sekolah Keguruan di Indonesia pertama kali didirikan di Solo (1852).
[8] Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2007), hlm. 29.
[9] Mikhael Dua, Kebebasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Sebuah Esei Etika, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), hlm 109.
[10] Michael Haralambos, dkk. Sociology Themes and Perspectives - Sixth Edition, (London: HarperCollins Publishers, 2004), hlm. 625.
[11] Data diambil dari artikel Redaksi (A07), “50 Persen Anggaran untuk Guru: Kesejahteraan Perlu Diimbangi Pembangunan Kualitas”, dalam Kompas Cetak, 10 Oktober 2014, hlm 11.
[12] Kesan ini setidaknya tercermin dalam perspektif Lagu Hymne Guru karangan Sartono (1980).
[13] Michael Haralambos, dkk. Sociology Themes and Perspectives - Sixth Edition, hlm. 625.
[14] Disarikan dari Francis X. Wahono, Kapitalisme Pendidikan: Antara Kompetisi dan Keadilan, (Yogyakarta: Insist Press - Cindelaras, 2001), hlm. ii-v.