Setelah pandemi selama dua tahun akhirnya saya bisa merasakan piknik. Gak jauh-jauh juga di Kota Tua Jakarta.Tripnya tanggal 16 Agustus 2022.Â
Sehari sebelum HUT RI ke 77 bersama Koteka Kompasiana. Sebagai kaum urban dan juga perantau, saya baru tersadar  kurang explore destinasi-destinasi menarik di Jakarta. Kota yang menjadi tempatku menetap, bekerja dan berjuang dengan segala dinamikanya.Â
Sahabat saya Ira ngajakin dan ternyata mbak Gaganawati juga akan hadir langsung dari Jerman ditambah kerinduan pada para rekan kompasianer yang keren-keren akhirnya saya memutuskan ikut tur kreatif Jakarta dan janjian di depan cafe Batavia jam 14.00 Wib teng dengan semangat empat lima.Â
Saya siap tur sang blogger kompasiana yang pernah jadi Host Kompasianival dua tahunn berturut-turut yakni 2014 dan 2015 serta sempat diundang makan siang Pak Jokowi ke istana tanggal12 bulan  2014 dan meraih anugerah ASN kategori pemimpin masa depan dengan inovasi pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif model penta helix masa pandemi.wah jadi panjang ya, artinya bangga sebagai kompasianer ikut komunitas keren seperti koteka
                    Â
Aku berhasil datang lebih cepat mungkin karena semangat. Aku singgah dulu di toko Mula dan membeli kacamata hitam karena cuaca agak panas. Hitung- hitung sekalian membeli dagangan pelaku UKM dan menambah rezeki mereka yang berjuang di  sektor ekonomi kreatif dan banyak tersebar kota tua.
Saat memasuki kawasan kota tua yang seluas 15 hektare dengan tata kelola khas pelabuhan  tradisional jawa aku merasakan nuansa sejarah yang kental seolah melipat waktu kembali kemasa silam saat VOC datang tahun 1619 dan menghancurkan Jayakarta dibawah komando  Jan Pieterzoon Coen.Â
Mereka membangun Batavia lengkap dengan bentengnya, konon namanya diambil dari nama leluhur bangsa Belanda yang menjadi pusat perdagangan penting dari seluruh kepulauan Indonesiasedangkan penduduknya disebut Batavianen yakni suku betawi yang menjadi keturunan berbagai etnis masyarakat yang menghuni Batavia
Gambar  7:  Peta Klasik jakarta zaman dulu terlihat ada orang digantung/doc. edridaÂ
Kota tua Jakarta dikenal dengan nama  Old Batavia" yang oernah dijuluki "ratu dari timur"dan "permata asia"oleh para pelayar Eropa yang datang pada masa abad ke -16.Â
 Letaknya strategis  melintasi wilayah Jakarta Barat dan Utara melewatati Roa Malakan Taman Sari dan Pinangsia). Hingga sejarah Fatahillah yang datang sebagai komandan perang dari DEmak menyerang sunda kelapa sekitar tahun 1526.Â
Saya juga masuk kedalam museum fatahillah. Kami masuk satu persatu, Untuk pengunjung tiketnya 5000 rupiah dan Kami berkesempatan melihat beberapa peniggalan seperti brankas besi tua, keramik piring yang terpajang di dinding serta atap gedung yang tinggi-tinggi khas bangunan Eropa, ruang pra sejarah Jakarta, ruang Jayakarta, patung hermes yang juga patung yang membaa keberuntungan bagi pedagang.Â
Kami tak bisa masuk lahi kemuseum wayang karena sudah tutup namun kami tak berkecil hati karena terhibur dengan pertunjukan wayang dari mas adli yang berada di sekitar kota tua. Konon museum wayang diresmikan tanggal 13 Agustus 1975
Saat dalam perjalanan kami menikmati minuman selendang mayang hanya merogoh kocek lima ribu rupiah, langung dahaga menajdi segar. Saya mencicipi juga kerak telur dan makan tahu gejrot.Â
Serasa turis dikota sendiri hehehe.Setelah mulai sore kami duduk di seberang Toko merah dan berfoto di depan kali besar seolah sedang di amsterdam, Menurut sejarah Toko Merah adalah rumah Gubernur Jenderal East India Company, Willem Baron Van Imhoff tahun 1743-1750
Kami juga singgah di cafe acaraki yang meyuguhkan jamu dengan aneka menu sambil meyaksikan racikannya dengan alat alat modern, bahkan cafe Acaraki juga meraih anugerah muri karena inovasinya menyuguhkan jamu. Wah saya sampai nambah-nambah jamunya
Setelah itu menonton pertunjukan wayang bersama mas Adly dan keren banget pakai bahasa Inggris meski singkat namun kami terhibur. Mas Adly juga sering menerima tamu asing yang memsan wayang dan menonton pertunjukannya. Aneka wayang kuno berumur 20 tahun ada diruangan kecil menyusuri gang namun bisa menampung 10-15 orang pengunjung. Semoga lestari selalu pertunjukan wayang di  berbagai daerah di Indonesia karena kearifan lokal yang kaya nilai keluhuran dan diminati oleh turis manaca negara
Jelang malam kami melepas penat dan menuju cafe batavia dengan konsep restoran old school vintage dan saya memesan banana cake dan menikmati matahari terbenam dari balik jendela cafe. Hidangan lezat ala eropa, photo dan lukisan para ratu serta gambar gambar eksotik mewarnai cafe batavia yang klasik. Alunan musik terdengar hangat menghiasi kota tua diwaktu malam
Pada Kota yang menyebut namaku dengan sempurna
Aku datang kekotamuÂ
Jakarta
Dulu namamu Batavia
Merangkum kisah orang Eropa yang berkelana dan berkuasa
Serta kejayaan lintas perdagangan nusantara dan dunia
Aku tak pernah bermimpi menetap di kotamu
Berjibaku tua di lalan dimulai sejak shubuh
Ah aku salah membencimu
Benci yang berubah cinta dan rindu dendam
kumuli setengah sejarah hidupku disini
Setelah memeluk waktuÂ
Aku bersungguh-sungguh dan berdamai denganmu
Menjemput sepotong rindu dan kenangan masa silam
yang menjadi masa depanku
Kubawa nama harum kotamu ke EropaÂ
di Jantung kota Prancis ketika para  pemimpin dunia bertemu
Kusampaikan Jakarta kota indah, multi kultur dan damai
Aku dan kamu sudah menyatu
Tak bisa jauh
Maafkan aku
Aku kira kotamu tak bermakna
Hanya bersolek dengan seribu wajah dan tak pernah ramah
Penuh debu polusi, macet dan kumuh
Namun lihat semua mulai tertata
Terimakasih jakarta
Ternyata engkau menyebut namaku berulang-ulang untuk segera datang
Aku merasakan aura kotamu yang damai di waktu senja
Serta sayup sayup azan magrib memotong cerita
Menjadi romansa indahÂ
Karena terkadang teringat kampung halaman
Jakarta
Kotamu dibangun dari sepiring tenggang rasa
Berdamai dengan banyak suku yang beda
Serta engkau menyambut dengan terbuka
Mereka datang mencari rezeki, menetap, dan singgah
Serta menemukan euforia betah yang tak latah
Ibu Bapakku dengarkan aku
Aku sudah taklukkan Jakarta
Jakarta sudah menyebut namaku dengan sempurna
tanpa latah
Selamat datang di ibukota
Masih Jakarta yang membuatmu jatuh cinta
Kota Tua, Jakarta, 16 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H