Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kota Tua Ikon Destinasi Jakarta dalam Pesona Sejarah, Budaya dan Kulinernya

24 Agustus 2022   19:26 Diperbarui: 24 Agustus 2022   19:55 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar  2: Peserta tur Koteka berphoto dengan latar belakang cafe Batavia/doc. edrida 

Setelah pandemi selama dua tahun akhirnya saya bisa merasakan piknik. Gak jauh-jauh juga di Kota Tua Jakarta.Tripnya tanggal 16 Agustus 2022. 

Sehari sebelum HUT RI ke 77 bersama Koteka Kompasiana. Sebagai kaum urban dan juga perantau, saya baru tersadar  kurang explore destinasi-destinasi menarik di Jakarta. Kota yang menjadi tempatku menetap, bekerja dan berjuang dengan segala dinamikanya. 

Sahabat saya Ira ngajakin dan ternyata mbak Gaganawati juga akan hadir langsung dari Jerman ditambah kerinduan pada para rekan kompasianer yang keren-keren akhirnya saya memutuskan ikut tur kreatif Jakarta dan janjian di depan cafe Batavia jam 14.00 Wib teng dengan semangat empat lima. 

Saya siap tur sang blogger kompasiana yang pernah jadi Host Kompasianival dua tahunn berturut-turut yakni 2014 dan 2015 serta sempat diundang makan siang Pak Jokowi ke istana tanggal12 bulan  2014 dan meraih anugerah ASN kategori pemimpin masa depan dengan inovasi pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif model penta helix masa pandemi.wah jadi panjang ya, artinya bangga sebagai kompasianer ikut komunitas keren seperti koteka

Gambar  2: Peserta tur Koteka berphoto dengan latar belakang cafe Batavia/doc. edrida 
Gambar  2: Peserta tur Koteka berphoto dengan latar belakang cafe Batavia/doc. edrida 

Gambar  3: Buku Antologi Puisi saya Betawi dan Jakarta terinspirasi  Sejarah Batavia/doc. edrida
Gambar  3: Buku Antologi Puisi saya Betawi dan Jakarta terinspirasi  Sejarah Batavia/doc. edrida
                                         

Gambar  4: Buku Antologi Puisi saya  Puncakku  terinspirasi  perjalanan di nusantara dan dunia  #travellingpoetry #lenterapustakaindonesia/doc. edrida
Gambar  4: Buku Antologi Puisi saya  Puncakku  terinspirasi  perjalanan di nusantara dan dunia  #travellingpoetry #lenterapustakaindonesia/doc. edrida

Aku berhasil datang lebih cepat mungkin karena semangat. Aku singgah dulu di toko Mula dan membeli kacamata hitam karena cuaca agak panas. Hitung- hitung sekalian membeli dagangan pelaku UKM dan menambah rezeki mereka yang berjuang di  sektor ekonomi kreatif dan banyak tersebar kota tua.

Gambar 5: Berphto memakai ulos dengan latar belakang kali besar dan gedung klasik barisan toko merah/doc. edrida
Gambar 5: Berphto memakai ulos dengan latar belakang kali besar dan gedung klasik barisan toko merah/doc. edrida

Gambar  6: Berphoto memakai kalung bunga dari mbak gana  dengan latar belakang penjara bawah tanah/doc. edrida
Gambar  6: Berphoto memakai kalung bunga dari mbak gana  dengan latar belakang penjara bawah tanah/doc. edrida

Saat memasuki kawasan kota tua yang seluas 15 hektare dengan tata kelola khas pelabuhan  tradisional jawa aku merasakan nuansa sejarah yang kental seolah melipat waktu kembali kemasa silam saat VOC datang tahun 1619 dan menghancurkan Jayakarta dibawah komando  Jan Pieterzoon Coen. 

Mereka membangun Batavia lengkap dengan bentengnya, konon namanya diambil dari nama leluhur bangsa Belanda yang menjadi pusat perdagangan penting dari seluruh kepulauan Indonesiasedangkan penduduknya disebut Batavianen yakni suku betawi yang menjadi keturunan berbagai etnis masyarakat yang menghuni Batavia

peta-jakarta-dulu-63060fc208a8b5091a567f54.jpg
peta-jakarta-dulu-63060fc208a8b5091a567f54.jpg

Gambar  7:  Peta Klasik jakarta zaman dulu terlihat ada orang digantung/doc. edrida 

Gambar  8: Patung Rudal Tangan/doc. edrida
Gambar  8: Patung Rudal Tangan/doc. edrida

Gambar  9: Patung Hidup Tentera berseragam Hijau disekitar kawasan destinasi kota tua/doc. edrida
Gambar  9: Patung Hidup Tentera berseragam Hijau disekitar kawasan destinasi kota tua/doc. edrida

Kota tua Jakarta dikenal dengan nama  Old Batavia"  yang oernah dijuluki "ratu dari timur"dan "permata asia"oleh para pelayar Eropa yang datang pada masa abad ke -16. 

 Letaknya strategis  melintasi wilayah Jakarta Barat dan Utara melewatati Roa Malakan Taman Sari dan Pinangsia). Hingga sejarah Fatahillah yang datang sebagai komandan perang dari DEmak menyerang sunda kelapa sekitar tahun 1526. 

Gambar  10: Museum Sejarah Jakarta/doc. edrida
Gambar  10: Museum Sejarah Jakarta/doc. edrida

Gambar  11:  Patung Hermes simbol perdagangan dan keberuntungan di depan penjara bawah tanah/doc. edrida
Gambar  11:  Patung Hermes simbol perdagangan dan keberuntungan di depan penjara bawah tanah/doc. edrida

Gambar  5: pengunjung kota tua dapat menyewa sepeda dan berkeliling kota tua sambil berphoto/doc. edrida
Gambar  5: pengunjung kota tua dapat menyewa sepeda dan berkeliling kota tua sambil berphoto/doc. edrida

Gambar  12: pengunjung kota tua dapat menyewa sepeda dan berkeliling kota tua sambil berphoto/doc. edrida
Gambar  12: pengunjung kota tua dapat menyewa sepeda dan berkeliling kota tua sambil berphoto/doc. edrida

Saya juga masuk kedalam museum fatahillah. Kami masuk satu persatu, Untuk pengunjung tiketnya 5000 rupiah dan Kami berkesempatan melihat beberapa peniggalan seperti brankas besi tua, keramik piring yang terpajang di dinding serta atap gedung yang tinggi-tinggi khas bangunan Eropa, ruang pra sejarah Jakarta, ruang Jayakarta, patung hermes yang juga patung yang membaa keberuntungan bagi pedagang. 

Kami tak bisa masuk lahi kemuseum wayang karena sudah tutup namun kami tak berkecil hati karena terhibur dengan pertunjukan wayang dari mas adli yang berada di sekitar kota tua. Konon museum wayang diresmikan tanggal 13 Agustus 1975

Gambar 13: Peserta tur Koteka berphoto dengan Mas adly setelah pertunjukan Mas Adly jadi dalang/doc. edrida 
Gambar 13: Peserta tur Koteka berphoto dengan Mas adly setelah pertunjukan Mas Adly jadi dalang/doc. edrida 

Saat dalam perjalanan kami menikmati minuman selendang mayang hanya merogoh kocek lima ribu rupiah, langung dahaga menajdi segar. Saya mencicipi juga kerak telur dan makan tahu gejrot. 

Serasa turis dikota sendiri hehehe.Setelah mulai sore kami duduk di seberang Toko merah dan berfoto di depan kali besar seolah sedang di amsterdam, Menurut sejarah Toko Merah adalah rumah Gubernur Jenderal East India Company, Willem Baron Van Imhoff tahun 1743-1750

Kami juga singgah di cafe acaraki yang meyuguhkan jamu dengan aneka menu sambil meyaksikan racikannya dengan alat alat modern, bahkan cafe Acaraki juga meraih anugerah muri karena inovasinya menyuguhkan jamu. Wah saya sampai nambah-nambah jamunya

Gambar  6: Menyaksikan sang acaraki meracik jamu/doc. edrida
Gambar  6: Menyaksikan sang acaraki meracik jamu/doc. edrida

Gambar  14:  Daftar Menu Acaraki dan JKT minuman kesukaan Presiden Jokowi/doc. edrida
Gambar  14:  Daftar Menu Acaraki dan JKT minuman kesukaan Presiden Jokowi/doc. edrida

Setelah itu menonton pertunjukan wayang bersama mas Adly dan keren banget pakai bahasa Inggris meski singkat namun kami terhibur. Mas Adly juga sering menerima tamu asing yang memsan wayang dan menonton pertunjukannya. Aneka wayang kuno berumur 20 tahun ada diruangan kecil menyusuri gang namun bisa menampung 10-15 orang pengunjung. Semoga lestari selalu pertunjukan wayang di  berbagai daerah di Indonesia karena kearifan lokal yang kaya nilai keluhuran dan diminati oleh turis manaca negara

Gambar  15: Koleksi boneka wayang yang berusia 20 tahun di tempat mas Adly/doc. edrida
Gambar  15: Koleksi boneka wayang yang berusia 20 tahun di tempat mas Adly/doc. edrida

Jelang malam kami melepas penat dan menuju cafe batavia dengan konsep restoran old school vintage dan saya memesan banana cake dan menikmati matahari terbenam dari balik jendela cafe. Hidangan lezat ala eropa, photo dan lukisan para ratu serta gambar gambar eksotik mewarnai cafe batavia yang klasik. Alunan musik terdengar hangat menghiasi kota tua diwaktu malam

Gambar  16: Penulis berphoto berphoto dengan  latar koleksi photo klasik orang Eropa/doc. edrida
Gambar  16: Penulis berphoto berphoto dengan  latar koleksi photo klasik orang Eropa/doc. edrida

Gambar  1:   Inspirasi tur ke kota tua menghadirkan inspirasi sebuah puisi setelah senja/doc. edrida
Gambar  1:   Inspirasi tur ke kota tua menghadirkan inspirasi sebuah puisi setelah senja/doc. edrida

Pada Kota yang menyebut namaku dengan sempurna

Aku datang kekotamu 

Jakarta

Dulu namamu Batavia

Merangkum kisah orang Eropa yang berkelana dan berkuasa

Serta kejayaan lintas perdagangan nusantara dan dunia

Aku tak pernah bermimpi menetap di kotamu

Berjibaku tua di lalan dimulai sejak shubuh

Ah aku salah membencimu

Benci yang berubah cinta dan rindu dendam

kumuli setengah sejarah hidupku disini

Setelah memeluk waktu 

Aku bersungguh-sungguh dan berdamai denganmu

Menjemput sepotong rindu dan kenangan masa silam

yang menjadi masa depanku

Kubawa nama harum kotamu ke Eropa 

di Jantung kota Prancis ketika para  pemimpin dunia bertemu

Kusampaikan Jakarta kota indah, multi kultur dan damai

Aku dan kamu sudah menyatu

Tak bisa jauh

Maafkan aku

Aku kira kotamu tak bermakna

Hanya bersolek dengan seribu wajah dan tak pernah ramah

Penuh debu polusi, macet dan kumuh

Namun lihat semua mulai tertata

Terimakasih jakarta

Ternyata engkau menyebut namaku berulang-ulang untuk segera datang

Aku merasakan aura kotamu yang damai di waktu senja

Serta sayup sayup azan magrib memotong cerita

Menjadi romansa indah 

Karena terkadang teringat kampung halaman

Jakarta

Kotamu dibangun dari sepiring tenggang rasa

Berdamai dengan banyak suku yang beda

Serta engkau menyambut dengan terbuka

Mereka datang mencari rezeki, menetap, dan singgah

Serta menemukan euforia betah yang tak latah


Ibu Bapakku dengarkan aku

Aku sudah taklukkan Jakarta

Jakarta sudah menyebut namaku dengan sempurna

tanpa latah

Selamat datang di ibukota

Masih Jakarta yang membuatmu jatuh cinta

Kota Tua, Jakarta, 16 Agustus 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun