Saya juga masuk kedalam museum fatahillah. Kami masuk satu persatu, Untuk pengunjung tiketnya 5000 rupiah dan Kami berkesempatan melihat beberapa peniggalan seperti brankas besi tua, keramik piring yang terpajang di dinding serta atap gedung yang tinggi-tinggi khas bangunan Eropa, ruang pra sejarah Jakarta, ruang Jayakarta, patung hermes yang juga patung yang membaa keberuntungan bagi pedagang.Â
Kami tak bisa masuk lahi kemuseum wayang karena sudah tutup namun kami tak berkecil hati karena terhibur dengan pertunjukan wayang dari mas adli yang berada di sekitar kota tua. Konon museum wayang diresmikan tanggal 13 Agustus 1975
Saat dalam perjalanan kami menikmati minuman selendang mayang hanya merogoh kocek lima ribu rupiah, langung dahaga menajdi segar. Saya mencicipi juga kerak telur dan makan tahu gejrot.Â
Serasa turis dikota sendiri hehehe.Setelah mulai sore kami duduk di seberang Toko merah dan berfoto di depan kali besar seolah sedang di amsterdam, Menurut sejarah Toko Merah adalah rumah Gubernur Jenderal East India Company, Willem Baron Van Imhoff tahun 1743-1750
Kami juga singgah di cafe acaraki yang meyuguhkan jamu dengan aneka menu sambil meyaksikan racikannya dengan alat alat modern, bahkan cafe Acaraki juga meraih anugerah muri karena inovasinya menyuguhkan jamu. Wah saya sampai nambah-nambah jamunya
Setelah itu menonton pertunjukan wayang bersama mas Adly dan keren banget pakai bahasa Inggris meski singkat namun kami terhibur. Mas Adly juga sering menerima tamu asing yang memsan wayang dan menonton pertunjukannya. Aneka wayang kuno berumur 20 tahun ada diruangan kecil menyusuri gang namun bisa menampung 10-15 orang pengunjung. Semoga lestari selalu pertunjukan wayang di  berbagai daerah di Indonesia karena kearifan lokal yang kaya nilai keluhuran dan diminati oleh turis manaca negara