Mohon tunggu...
Edmu YulfizarAbdan
Edmu YulfizarAbdan Mohon Tunggu... Guru - Guru Pemula

Penulis Buku Pengabdian Literasi Sang Guru (2023) | Menggapai Cahaya Ramadhan dengan Tadarus Pendidikan (2023) | Guru Pembelajaran Sepanjang hayat (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023) | Antologi Dibalik Ruang Kelas (2024) | Guru SMA |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seragam Sekolah, Simbol Keseragaman atau Penghambat Keberagaman dalam Sistem Pendidikan?

18 April 2024   22:39 Diperbarui: 18 April 2024   22:57 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Akhir-akhir ini topik mengenai seragam sekolah sedang naik daun dipermukaan dikarenakan adanya kabar burung yang mengatakan setelah lebaran seragam sekolah akan berganti. Namun hal tersebut ternyata hoax, kami pun selaku guru melihat di sekolah, peserta didik masih menggunakan seragam yang sama dengan sebelumnya.  

Penulis pun malam ini tergerak untuk membaca salinan dari Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2022 tentang Pakaian Seragam Sekolah bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Sesuai Pasal 2 pada peraturan tersebut diantara tujuan dari penetapan seragam sekolah ini adalah menanamkan jiwa nasionalisme, kedisiplinan, menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan, serta yang paling fundamental adalah meningkatkan kesetaraan tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi orangtua. 

Pada Pasal 10 setidaknya ditetapkan ada 4 pakaian seragam yakni ;

  • Pakaian seragam Nasional : Digunakan saat upacara, Senin dan Kamis.
  • Pakaian seragam pramuka : Ditentukan oleh satuan pendidikan.
  • Pakaian seragam khas sekolah : Ditentukan oleh satuan pendidikan.
  • Pakaian adat : Pada hari atau acara adat tertentu.

Nasionalisme

Muncul pertanyaan, apakah memang seragam dapat menanamkan jiwa nasionalisme ? Nasionalisme menurut KBBI adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. 

Lebih sederhananya sewaktu penulis di Surabaya mengikuti kajian Gus Mus di UIN Sunan Ampel Surabaya 2017, Nasionalisme itu adalah ketika rumah kita dirusak, dikotori, pasti kita akan marah , dan sungguh aneh jika kita merusak rumah sendiri, oleh karena itu itu dari nasionalisme adalah sifat menjaga agar tidak dirusak oleh orang lain atau bangsa lain dan menjadikan rumah tersebut terus-menerus lebih baik dari sebelumnya serta adanya rasa bangga terhadap rumah tersebut.

Rumah tersebut adalah Indonesia. Penulis melihat kebanggaan tersebut ketika jersey atau seragam Indonesia digunakan ketika ajang sepak bola. Bahkan baru-baru ini banyak warga Indonesia termasuk pengamat bola coach Justin mengkritisi seragam Timnas Indonesia yang sangat sederhana. Hal ini menandakan sedikit banyaknya seragam memang mempengaruhi nasionalisme seseorang. Namun, apakah ketika disekolah hal tersebut muncul ? 

Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah relativ. Jika peserta didik tersebut berangkat dari kesukarelaan seperti penggunaan jersey Timnas Indonesia diatas maka nasionalisme itu muncul dan dia bangga menggunakannya, namun jika diawali dengan keterpaksaan maka nasionalisme yang diharapkan nihil. 

Mungkin pendidikan kita masih menggunakan idiom "dipaksa dahulu nanti akan  terbiasa". Dipaksa terlebih dahulu menggunakan seragam nasional yang mencerminkan Nasionalisme dengan harapan suatu saat peserta didik tersebut akan memiliki sifat tersebut. Karena pendidikan bersifat jangka panjang.

Menurut Charismaji salah satu tokoh pendidikan mengatakan bahwa penyeragaman sekolah ini sebenarnya meniru dari negara komunis yang mempunyai prinsip " Sama rasa sama rata". Adapun di eropa yang menganut asas demokrasi, keberagaman seragam lah yang digunakan dengan prinsip " Semua orang mempunyai hak". Walaupun kita melihat perbedaan filosofi dalam memandang seragam namun kita harus akui bahwa nasionalisme itu dibangun atas dasar kesamaan tujuan besar yang ingin dicapai bersama. Semakin banyak kesamaan tujuan tersebut semakin tinggi juga sifat nasionalisme. 

Tugas pemangku kebijakan pendidikan sekarang adalah merumuskan hal yang lebih besar dari masalah seragam ini dengan bagaimana bisa membekali guru yang mengajar peserta didik agar seragam visi misi dalam menjalankan profesinya ditengah gempuran cinta produk bangsa lain yang negatif seperti gaya tingkah laku kebarat-baratan yang negatif, fanatik buta timur,  dan hal-hal yang dulunya tabu sekarang dianggap sebuah budaya positif. 

Kedisiplinan

Disekolah bapak atau ibu guru pasti tidak asing dengan peserta didik yang melanggar aturan dengan mengeluarkan bajunya, tidak memakai sepatu, tidak memakai kaos kaki, intinya tidak sesuai dengan ketentuan seragam sekolah. Apakah indikator dari kedisiplinan itu dilihat dari seragamnya ? 

Kasta tertinggi kesuksesan dalam hal kedisplinan itu sebenarnya adalah ketika peserta didik mempunyai sikap yang mampu mengatur dirinya menjadi lebih baik sesuai aturan norma masyarakat yang berlaku. Hal ini tentu berangkat dari internal dari peserta didik tersebut.

Hemat penulis, seragam sekolah untuk hal ini mampu untuk melatih peserta didik untuk hal kedisplinan, mengapa ? 

Karena peserta didik hidup di komunitas kecil yang bernama sekolah, dimana sekolah pasti mempunyai aturan untuk diikuti. Hal ini suatu saat akan berdampak ketika peserta didik sudah terjun di dunia masyarakat yang mempunyai aturan norma tersendiri, dimana ia harus menyesuaikan diri dengan menaati aturan yang sudah disepakati. 

Walaupun kita tahu bahwa seragam tidak akan pernah bisa membuat peserta didik itu secara otomatis menjadi disiplin namun hal ini sebagai latihan bermasyarakat. 

Karena ini bersifat latihan, ketika peserta didik melanggar hal tersebut maka berikanlah sanksi yang sesuai dengan kesalahannya, jangan sampai karena tendensi mengakibatkan kita memberi label peserta didik tersebut dengan negatif. 

Tugas guru adalah untuk selalu mengingatkan. Walaupun disiplin melalui seragam ini adalah salahsatu cara untuk melatih kedisplinan peserta didik. Harus lebih diperhatikan adalah bagaimana satuan pendidikan dapat membangun budaya disiplin baik peserta didiknya maupun seluruh warganya. Ini menurut penulis merupakan diantara positifnya dari simbol keseragaman. 

Persatuan dan Kesatuan

Makna persatuan dan kesatuan adalah menerima perbedaan dengan lapang dada dan bersama-sama menuju satu tujuan besar yang disepakati. 

Seragam secara teori mampu membangun ini, apalagi dengan peraturan menteri tersebut ditambah dengan pakaian adat yang digunakan pada hari atau acara adat tertentu. Namun timbul pertanyaan, apakah penggunaan seragam adat ini hal yang perlu disekolah ? 

Hemat penulis hal ini perlu jika dilakukan sesekali dalam acara tertentu seperti sumpah pemuda atau hari pendidikan nasional dan lainnya. Namun jika pakaian adat ini diwajibkan setiap minggunya maka esensi dari persatuan dan kesatuan tersebut akan hilang karena akan menjadi beban dalam hal pembiayaan terutama, karena menyewa pakaian adat atau membeli itu untuk sekarang terbilang mahal.

Bapak Iwan Syarhil selaku Dirjen PDM Kemendikbudristek mengatakan di Metro TV pada 17 April 2024 bahwa pakaian adat ini tidak diwajibkan. Karena didalam peraturan tertulis bagi pemerintah dapat artinya ini merupakan opsional. 

Adapun prinsip dalam pengadaan pakaian adat ini adalah tidak boleh memberatkan orangtua atau wali dan harus disesuaikan dengan kemampuan sosial ekonomi orangtua. 

Di sekolah penulis pun sebelum adanya ramai masalah pakaian adat disekolah sudah melaksanakan kegiatan menggunakan pakaian adat bagi guru maupun peserta didik. 

Kebetulan sekolah kami terdapat stok pakaian adat. Pakaian adat tersebut berasal dari bantuan Dinas Pendidikan Provinsi dan Kebudayaan Provinsi serta pembelian dari sekolah.

Oleh karena itu jika seragam sekolah ini menggunakan prinsip tidak memberatkan dan atas nama sukarela maka hal ini tidak menjadi penghambat keberagaman malah menjadi simbol persatuan dan kesatuan. 

Kesimpulan

Pada akhirnya penulis mencoba menjembatani persoalan seragam ini bahwa keseragaman itu boleh saja didalam pendidikan untuk membentuk identitas namun jangan sampai nilai-nilai lain seperti keberagaman dan persatuan tidak diperhatikan. Dibutuhkan dialog dalam hal ini karena terkait prefensi pandangan yang terbagi menjadi dua untuk menemukan titik temu. 

Namun yang lebih penting dari hal ini adalah mengenai keseragaman mengaplikasikan nilai-nilai yang menjadi tujuan bersama seperti membangun sifat nasionalisme, disiplin, menjaga pesatuan dan kesatuan, dan lainnya. 

Seragam adalah benda mati, namun yang harus dihidupkan adalah tujuan bersama untuk mencapai peradaban Indonesia emas 2045. Semangat selalu untuk kita semua !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun