MENELUSURI RIMBA MENGARUNGI SAMUDRA
(Adaptasi di Era Digital, Suatu Studi Kasus Pada Surat Kabar Kompas)
Catatan Awal
Media masa berperan dalam membentuk dan merombak tatanan hidup masyarakat. Media masa dijadikan oleh para pemimpin untuk memengaruhi dan memerintah masyarakat. Pengalaman hidup manusia berjalan bersama dengan media massa. Manusia tidak dapat dipisahakan dari media massa (Rivers, 2003). Sebab manusia membutuhkan informasi dan hiburan. Media menyajikan informasi dan memberikan hiburan kepada masyarakat. Kelompok dan komunitas terbentuk oleh media massa.
Media massa menjadi sarana membagi dan menyampaikan pesan. Media massa mendidik masyarakat. Media massa menjadi sarana pembelajaran yang tepat  agar kritis dalam menanggapi fenomena yang sedang berkembang. Perkembangan atau kemajuan hidup manusia tidak dapat dipisahkan dari media massa.  Secara alamiah setiap orang membutuhkan media massa sebagai acauan dalam penyusunan agenda (Biagi, 2010; Rivers, 2003). Keberhasilan manusia amat bergantung pada sejauh mana ia memanfaatkan media. Dengan demikian peradaban manusia berkembang bersama media massa.
Pada awalnya media massa dipakai untuk mempengaruhi ide dan pola pikir masyarakat. Media massa menjadi sarana politik yang berperan dalam sejarah kemerdekaan bangsa. Kemerdekaan bangsa Indonesia tidak terlepas dari peran media massa. Kini media massa telah menjadi suatu industri baru. Sebagai industri karena perkembangan media massa melewati proses produksi, distribusi dan konsumsi (Usman, 2009).
Media massa membutuhkan sejumlah dana untuk dapat bertahan hidup. Pertimbangan ekonomi dipakai oleh media massa agar tetap eksis di masyarakat. Sebagai industri media massa terdiri dari buku, surat kabar, majalah, rekaman, radio, film, televisi dan internet. Buku, surat kabar, dan majalah merupakan bagian dari media konvensional berbentuk cetak. Radio menyalurkan informasi hanya melalui audio sedangkan film dan televisi menyertakan gambar atau video dalam penyampaian pesannya (Biagi, 2010). Buku, majalah, surat kabar, radio, film dan televisi merupakan media konvensional meskipun dalam pemanfaatannya sudah terintegrasi dengan internet. Internet merupakan media baru yang muncul dan berkembang pesat sejak akhir abad ke 20.
Perkembangan surat kabar diragukan hingga kemudian ada beberapa surat kabar sekaliber seperti The sun dan  Harian Bernas harus gulung tikar (Wicaksono, 2018). Perkembangan dunia digital, internet dan media sosial telah melemahkan geliat media cetak seperti surat kabar untuk bertahan dan melangsungkan hidupnya (Iosifidis, 2013).Â
Dalam tulisan ini penulis secara khusus membahas mengenai perkembangan media cetak terutama surat kabar. Salah satu surat kabar yang akan ditelusuri adalah koran Kompas. Sebab Kompas masih bisa eksis, dan terus berkembang. Suatu pertanyaan dasar yang mau dijawab dalam pembahasan ini adalah  Bagaimana surat kabar (Kompas) sebagai media konvensional berkembang dan bertahan di arus zaman?
Kompas dalam Arus Zaman
Surat kabar Kompas merupakan koran nasional terbesar yang sangat berpengaruh dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia. Sejak 28 Juni 1965 Kompas telah mulai terbit. Awal berdirinya Kompas tidak terlepas dari kehadiran Partai Katolik di Indonesia. Kompas lahir karena kebutuhan masyarakat dan keinginan Partai Katolik untuk membentuk opini publik. Sebab salah Satu media yang tepat pada saat itu adalah surat kabar. Surat kabar dengan nama Gagasan Baru yang diusulkan, tidak diterima izin pendiriannya.
Awalnya koran ini hendak di beri nama Bentara Rakyat. Rencana dan usulan itu dihadang oleh PKI hingga terjadi penundaan terbit. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam sejarah penerbitas surat kabar Kompas adalah Frans Seda, P.K Ojong, dan Jakob Oetama. Frans Seda dalam idenya untuk menerbitkan surat kabar (Gagasan Baru) bersama P.K. Ojong dan Jakob Oetama yang ingin menerbitkan surat kabar Intisari. Kedua Kelompok itu Partai Katolik Indonesia dan wartawan Katolik Jawa sepakat untuk mendirikan sebuah koran dengan nama Kompas.
Kedekatan Kompas dan Partai Katolik berlangsung hingga tahun 1971. Setelahnya Kompas menjadi surat kabar yang profesional dan menjadi perusahaan bisnis hingga sekarang. Kompas mengembangkan Jurnalisme Kepiting yang mana gaya jurnalistiknya penuh dengan kehati-hatian. Hal ini dilakukan agar bisa bertahan dan tidak dibredel oleh pemerintah. Tahun 1978 Kompas nyaris dibredel oleh penguasa karena kepekaanya memberitakan tentang kepala negara dan keluarganya (Haryanto, 2011; Simartama, 2014).
Harian Kompas berada di bawah perusahaan Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Kelompok usaha ini terdiri dari: (1) PT Kompas Media Nusantara yang bergerak di bisnis media dan (2) PT Transito Asri Media yang bidang usahanya meliputi asuransi, periklanan, bank, perhotelan, supermarket, sekolah dan lain sebagainya. Kelompok Kompas Gramedia juga merangkul dan mendukung surat kabar lokal, antara lain; Serambi Indonesia (Banda Aceh), Sriwijaya Post (Palembang), Mandala (Bandung), Bernas (Yogyakarta), dan Surya (Surabaya).
Bisnis Media juga dikembangkan untuk menjangkau terget konsumen yang spesifik seperti: bacaan anak-anak, musik dan gaya hidup, psikologi populer, kesehatan, lingkungan hidup, fotografi, kommputer, olahraga, dan infotainment. Berpusat di Jalan Palmerah selatan Nomor 26-28 Jakarta, Kompas juga memiliki media cetak lainnya seperti Koran Kontan dan Tribun Network. Â Jakob Oetama menjadi direktur KKG sebagai pemilik saham terbesar di harian Kompas (Haryanto, 2011; Simartama, 2014).
Kompas Gramedia merupakan perusahaan multi media berbasis pengetahuan (Knowledge-Based Multimedia Company) terbesar di Indonesia. Dalam Kompas Gramedia terdapat perusahaan-perusahaan yang mempunyai visi dan misi untuk mencerdaskan dan menghidupkan tanah air. Perusahaan-perusahaan itu meliputi: koran, koran regional, majalah, media olahraga, penerbit buku, media digital, periklanan, distribusi, percetakan, televisi, radio, hotel, toko buku, manuvaktur, universtas dan pelbagai aplikasi media digital.
Perkembangan internet turut menggiring kemajuan kompas untuk meluncurkan Kompas Cyber Media (KCM) sebagai portal berita terbesar di Indonesia. Kompas.com tidak hanya berisi informasi berita tetapi juga hiburan, game dan versi online cetak. Pelbagai fitur media online juga tersedia portal ini. Dukungan jurnalisme warga (citizen journalism) nampak dalam kehadiran kompasiana.com pada tanggal 1 September 2008. Kompasiana.com berkembang menjadi social blog yang melibatkan jurnalis harian Kompas, Kompas Gramedia, penulis tamu dan artis (Simartama, 2014).
Berdasarkan riset AC Nielsen 2018 Tiras harian kompas menduduki oplah tertinggi di seluruh Indonesia. Â Terbesar jika dibandingkan dengan surat kabar nasional lainnya. Awalnya Kompas terbit sebagai surat kabar mingguan dengan 8 halaman, lalu kemudian dalam seminggu Kompas dapat terbit sebanyak 4 kali. Pada tahun 1965 Tiras kompas mencapai 7.739 setahun kemudian Tiras kompas bertambah menjadi 34.772. Tiras kompas sempat turun ke angka 33.442. pada tahun 1967. Surat Kabar ini pernah mencapai oplah terbesar di Asia (1990-1991) sejak perang teluk yang tirasnya mencapai 700.000. Tiras Kompas kemudian menurun pada tahun 2000-an.
Pada tahun 2001 (507.000), 2002 (509.000), 2003 (506.000) dan pada tahun 2004 kembali mencapapi 509.000. Pada tahun 2011 Kompas versi cetak memiliki oplah rata-rata 500.000 eksemplar perhari dengan jumlah pembaca mencapai 1.850.000 orang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan Asia Tenggara. Fluktuasi oplah Kompas bergerak sesuai dengan selera pasar, perkembangan teknologi dan persaingan dengan media online lainnya.
Kompas pernah diarang untuk melakukan penerbitan terkait peristiwa G30S/PKI dan menyusul terkait pemberitaan pencalonan Soeharto sebagai presiden untuk ketiga kalinya. Â Mayoritas pembaca kompas adalah lulusan perguruan tinggi (60%) dan sekitar 30% pembaca Kompas memiliki pengeluaran bulanan paling sedikit 2.250.000 (Simartama, 2014). Â
Melalui motto "Amanat Hati Nurani Rakyat" Kompas menunjukkan keberpihakannya kepada masyarakat. Dalam pemberitaan Kompas mengedepankan kepentingan umum dan bertujuan untuk kemaslahatan hidup bersama. Kompas tidak segan untuk melakukan pemberitaan terhadap kelompok golongan dan penguasa. Era reformasi mendukung model pemberitaan kompas yang bebas dan bertanggung jawab untuk mencapai bonnum communae. Prinsip Kompas berpijak pada kondisi dan keadaan masyarakat Indonesia yang majemuk.
Kompas menyediakan forum dialog untuk pelbagai opini dari pelbagai latar belakang sosial, politik dan ekonomi dan budaya. Aspirasi masyarat tersalurkan melalui Kompas. Kompas menuntun masyarakat untuk bergerak maju dalam kebhinekaan. Â Falsafah Pancasila dan demokrasi menjadi fondasi untuk mengembangkan kultur Indonesia yang majemuk. Alih-alih kontrol terhadap pemerintah dijalankan oleh Kompas terkesan konservatif namun tetap melakukan koreksi yang bersifat agitatif, bergaya agresif tergantung sasaran dan waktunya. Kompas membutuhkan iklan untuk keberlangsungan hidupnya. Bahaya akan dominasi iklan tidak seharusnya melemahkan kualitas dan integritas surat kabar nasional ini (Haryanto, 2014; Simartama, 2014).
Desain Kompas berubah dan berkembang oleh karena perkembangan internet dan dunia digital. Pada edisi ke 17.731 tanggal 3 Januari 2018 desain digital berwarna dengan penampakan yang lebih enak dibaca, segar dilihat, kredibel dan bisa dipercaya. Kompas juga memiliki percetakan jarak jauh di berbagai daerah di Indonesia. Pada awal mei 2011 telah tersedia kompas cetak bersamaan dengan kompas reader dan e-paper. Kehadiran platform digital mengubah model penerbitan kompas dalam Kompas.id. Produk e-paper Kompas tersedia melalui aplikasi Mobile Scoop di platform Android dan Ios.
Menjelang ulang tahun ke-44 Kompas menggunakan teknologi kode QR (QR Code) sebagai penghubung antara konten luring dan daring sehingga pembaca dapat berinteraksi melalui ponsel. Kompas juga memiliki aplikasi Blackberry Playbook (Black Berry Application) ketika ponsel Black Berry ramai di pasar Indonesia. Kompas menjadi koran pertama yang menggunakan teknologi Augmanted Reality (AR) realitas bertambah dengan animasi 3 Dimensi (3D) pada peramban website. Konten yang ada dalam Kompas pun amat bervariasi yang sanggup memenuhi kebutuhan pembaca dari pelbagai latar belakang pendidikan, pekerjaan, usaha, sosial, ekonomi, politik dan budaya (Haryanto, 2014; Usman, 2009).
Luasnya Peluang, Sekelumit Tantangan dan Sedikit Saran
Media cetak konvensional tidak akan hilang dengan munculnya teknologi baru. Keingintahuan intelektual manusia akan tetap terpenuhi melalui media cetak. Teknologi baru melalui aplikasi digital dan website memungkinkan pembaca membaca semua halaman secara cepat untuk menemukan hal yang menarik. Pembaca akan dapat membaca di mana saja dalam waktu yang relatif singkat.
Tak dapat disangkal bahwa pendapatan keseluruhan industri surat kabar menurun. Pengurangan karyawan dan penjualan murah beberapa surat kabar cetak menjadi solusi minus malum untuk mempertahankan eksistensi industri media cetak. Jalan yang dapat ditempuh adalah dengan mengurangi jumlah cetak, menaikkan harga berlangganan dan berjuang menjaga pendapatan iklan. Peluncuran edisi online adalah solusi cerdas di tengah perkembangan teknologi, perubahan gaya dan perbedaan karakteristik pembaca (Mansell and Raboy, 2014).
Industri komunikasi massa terutama industri media cetak mengalami perubahan yang drastis. Industri media cetak memang tidak banyak yang bertahan berhadapan dengan akselerasi teknologi di abad ke-21. Produksi instan yang ditawarkan oleh media online mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi. Masyarakat dapat berinteraksi dengan media online. Karena itu ukuran, esensi dan efektifitas media cetak perlu diperhatikan agar tetap menarik minat pembaca modern (Bintari, 2017).
Adaptasi terhadap karakteristik masyarakat menjadi pilihan tindakan yang tepat dalam mempertahankan minat masyarakat. Kebiasaan masyarakat berbeda tergantung tingkat usia dan latar belakang pendidikan. Indonesia belum sepenuhnya terkoneksi internet. Para pengiklan pun telah lebih banyak menempatkan iklannya di portal online dibandingkan dengan media cetak. Hal ini mesti di baca oleh para pemimpin media agar tidak gulung tikar, merger, atau kehilangan karyawan.
Tantangan lain yang juga dihadapi adalah persaingan antara bisnis koran dan antara media online. Ongkos produksi untuk surat kabar cetak terbilang lebih besar dari media online. Ketika mencetak surat kabar perusahaan membutuhkan mesin cetak, kertas, tinta dan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak. Penjualan surat kabar cetak terkadang tidak dapat melampaui biaya produksi. Pendapatan penjualan lebih kecil dari biaya produksi. Media online menawarkan kecepatan informasi sedangkan media cetak menawarkan analisis dan kedalaman. Kebutuhan masyarakat pun bervariasi ada yang membutuhkan informasi yang update secara berkala dan ada yang membutuhkan kedalaman, verifikasi dan analisis (Fink, 2010; Stafford, 2010).
Alih-alih media online bertumbuh pesat, media online tidak akan melenyapkan media cetak. Media online akan memperkuat media cetak. Media online menawarkan informasi yang cepat dan singkat. Media cetak menawarkan kontekstualitas dan pembahasan yang mendalam (Fuady, 2002).
Sinergitas antar media cetak dan media online akan membuat industri media cetak bertambah kuat. Media cetak juga dapat bertahan karena memiliki segementasi yang khas. Kerja sama antara media online dan surat kabar cetak akan mampu meningkatkan strategi pemasaran. Peningkatan jaringan networking akan memelihara pelanggan dan menarik banyak peminat.
Promosi yang baik akan mempertahankan kredibilitas pembaca dan pengiklan. Manejemen dan pengaturan teknologi yang efektif dan dan efisien akan memperkuat mutu redaksi berhadapan dengan percepatan era informasi. Kenyamanan pembaca berkaitan ukuran kertas, harga, susunan berita, kombinasi teks dan gambar, visual, tata letak, dan kualitas isi akan mendukung kredibilitas surat kabar. Media cetak tidak hanya soal pemaparan ide yang bernas, tapi keberlangsungannya didukung oleh pola marketing dan finansial yang beradab (Usman, 2009).
Kepercayaan dapat dijaga dengan keterbukaan sikap dan pikiran akan masukan dan kritik dari masyarakat. Dengan kerja sama tim yang solid perusahaan media cetak menunjukan bahwa mereka mau turut belajar seiring perkembangan zaman (Fink, 2010).
Masa depan media cetak seperti surat kabar menjadi suatu pertanyaan besar di tengah hadirnya media televisi, radio, bahkan internet. Kenyataan dan sejumlah survei menunjukan bahwa surat kabar cetak dilemahkan oleh penetrasi digital dan maraknya media online. Ramalan Philip Meyer bahwa kemudian tidak akan ada satu eksempler koran dilucuti oleh optimisme Rupert Murdoch mempertahankan industri surat kabar miliknya (meskipun beberapa media surat kabar cetak miliknya bubar seperti The Sun). Usia media cetak akan diperpanjang dengan mengehentikan arogansi, menggugat kemapanan, dan terbuka terhadap kebutuhan dan keberadaan generasi muda milenial (Kusuma, 2016).
Beberapa media cetak tumbang oleh karena oplah surat kabar yang menurun, berkurangnya jumlah industri surat kabar, meningkatnya ongkos cetak, mahalnya harga kertas dan koran, perubahan dan perkembangan teknologi, krisis keuangan, serta persaingan dengan jenis media lain seperti televisi, radio dan internet (Sylvie et.al., 2008; Iosifidis, 2013).
Salah satu langkah strategis yang bisa dilakukan adalah Integrated News Room. Integrated News Room merupakan ruang kerja terpadu yang menggabungkan jurnalisme media cetak dan jurnalisme online keterpaduan itu juga nampak dalam tulisan yang nampak bersama video, audio dan aplikasi mobile. Dalam kongres ke-61 World Association of News Paper (WAN) Juni 2008 Integrated News Room adalah faktor pendukung peningkatan oplah sebesar 2,57% dari 515 juta eksemplar per hari pada tahun 2006 menjadi 532 juta eksemplar per hari pada tahun 2007 (Usman, 2009)
Catatan Akhir
Kompas telah membuktikan bahwa sebagai industri media cetak kenamaan masih memiliki usia yang panjang ditengah maraknya perkembangan digital dan kemajuan media online. Tantangan dan peluang menjadi warna-warni pergumulan dalam menelusuri sejarah peradaban dunia. Keterbukaan terhadap konvergensi akan membuat industri media bertahan (Mansell and Raboy, 2014).
Masyarakat masih akan tetap memmbutuhkan media yang akurat, kredibel, independen dan terbuka terhadap kritik sebagai sarana belajar dan menyalurkan aspirasi (Stafford, 2010).
Rupa-rupa hambatan akan melecuti dan memantik semangat untuk beradaptasi dengan perubahan. Oleh karena itu sebagai salah seorang pencinta Kompas ada sebersit harapan agar Kompas tetap menjadi petunjuk dan penuntun arah dalam menelusuri rimba informasi dan pegangan dalam mengarungi samudra kehidupan.
Kepustakaan
Biagi, S. (2010). Media/Impact, Pengantar Media Massa. (M. I. dan W. W. Mahendra, Ed.) (ninth). Jakarta: Salemba Humanika.
Bintari, N. R. (2017). Empat Strategi agar Media Cetak tetap Eksis. Retrieved May 7, 2019, from https://mix.co.id/marcomm/brand-communication/empat-strategi-agar-media-cetak-tetap-eksis/
Et.al., G. S. (2008). Media Manajement A Casebook Approach (Fourth). New York and London: Routledge.
Fink, C. C. (2010). Strategic Newspaper Manajement. (Susannah Davidson, Ed.). Boston: Allyn and Bacon.
Fuady, M. E. (2002). Surat Kabar Digial sebagai Media Konvergensi di Era Digital. Mediator, 3, 55--61.
Haryanto, I. (2011). Media Ownership and Its Implication for Journalist and Journalism in Indonesia. In K. S. and D. T. Hill (Ed.), Politics and The Media in Twenty-First Century Indonesia (pp. 104--118). London and New York: Routledge.
Haryanto, I. (2014). Jurnalisme Era Digital Tantangan Industri Media Abad 21. (M. Vergina, Ed.). Jakarta: PT Kompas Media NUsantara.
Iosifidis, P. (2013). Global Media and Communication Policy An International Policy. London, UK: Palgrave Macmillan.
Ks, Usman. (2009). Ekonomi Media Pengantar Konsep dan Aplikasi. (R. Sikumbang, Ed.). Bogor: Ghalia Indonesia.
Kusuma, S. (2016). Posisi Media Cetak di Tengah Perkembangan Media Online di Indonesia. Interact, 5 No 1, 56--71.
Raboy, R. M. and M. (2014). Introduction: Foundations of the Theory and Practice of Global Media and Communication Policy. In R. M. and M. Raboy (Ed.), Global Handbook In Media and Communication Research The Handbook of Global Media and Communication Policy (pp. 1--20). UK: Willey Blackwell.
Simartama, S. (2014). Media dan Politik Sikap Pers terhadap Pemerintan Koalisi di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Stafford, G. B. with R. (2010). The Media Student's Book (Fifth). New York: Routledge.
Wicaksono, P. (2018). Harian Bernas Tutup Separuh Karyawan Dipecat. Retrieved May 7, 2019, from https://nasional.tempo.co/read/1065239/harian-bernas-tutup-separuh-karyawan-dipecat
William L. Rivers, et al. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern (Second). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H