"Aku kira ini telah disampaikan oleh emakmu, Dewa," aku semakin terbelalak karena apa sangkut pautnya dengan emakku Tanjung Buih.
" Aku belum diberi tahu apa-apa, Tuan"
"Baik aku akan menjelaskannya"
"Kamu perlu tahu!, Amarilis Dewi adalah kakak kandungmu, Dewa!, itu sangat terlarang untuk kau jadikan pendamping hidup" Terasa tubuhku terguncang dan terasa tidak ada tempat tanah untuk kedua kakiku berpijak mendengar penjelasannya.
"Mungkinkah Tuan salah mengatakannya?" selaku perlahan disela-sela keterkejutanku yang seperti disambar petir berulang kali.
"Tidak...! dan itu sama sekali benar adanya" Tuan Bestari sangat yakin, ditandai dengan nada suara yang berat dan tegas.
"Tetapi bagaimana bisa kejadiannya dan aku tidak pernah diceritakan oleh emak sebelumya"
"Emakmu seperti ingin mengubur dalam-dalam cerita masa lalunya"
"Apa yang terjadi dengan emak Tuan?"
"Cerita sorang Tanjung Buih adalah ceritaku juga, Dewa"
"Oleh sebab itulah kukirim Fithar, Kemala dan Amarilis Dewi sebagai jembatan untuk kau bisa sampai kesini"