Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Mati (13. Adibusana Melayu dan Pilihan Gila)

30 Januari 2022   20:23 Diperbarui: 30 Januari 2022   20:27 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dengan pictsart app

Aku berusaha menguasai diriku kembali. Dengan segala upaya yang masih tersisa. Hanya untuk meyakinkan bahwa apakah ini sebuah hayalan atau tidak?

 

Kemudian suasana terasa hening sejenak sebelum kebingungan dan kepanikan menyergapku kembali.

 

"Apakah kau menyenangi Kemala?" Tuan Bestari melemparkan pertanyaan langsung tanpa basa basi. Terasa panah langsung mengenai tubuhku yang terasa kebas. Perasaanku kalut. Setahuku selama ini Kemala sangat dekat dengan Fithar. Meskipun Fithar pernah mengatakan mereka adalah teman akrab. Aku tertegun untuk beberapa saat. Rasanya masih tidak dapat berfikir normal. Aku hanya bisa menunduk. Justru, rasanya aku belum selesai dan mampu menghadapi karismatiknya Tuan Bestari yang ada didepanku, saat ini harus ditambah lagi dengan urusan yang berhubungan dengan Kemala.  

 

Disaat itu juga Kemala langsung serius memperhatikanku. Ia kembali tersenyum seperti ingin ada jawaban secepatnya dariku.

 

Fithar dan Dewi yang berada dibelakang Kemala hanya saling melempar senyuman dan merasa yakin bahwa aku akan mengiyakan permintaan tuan karismatik tersebut tanpa membantah. Tetapi aku merasa yang mereka juga tahu, saat ini aku sangat menyukai Amarilis Dewi. Memang dua gadis yang sama cantik. Tetapi Kemala yang kuperhatikan selama ini sepertinya lebih dekat dengan Fithar. Tambahan lagi. Mereka semua tentu tidaklah tahu pesan emak yang tertanam dbawah sadarku untuk tidak mendekati kedua gadis cantik ini. Terutama Amarilis Dewi.

 

Sebenarnya tawaran Tuan Bestari sudah sejalan dengan pesan emak sebelumnya untuk tidak mendekati Dewi, meski tetap melanggar pesan yang disampaikan emak kepadaku bahwa aku harus menghindari kedua-dua gadis yang seperti beradu cantiknya tersebut. Bagiku tidak hanya itu. Hati kecilku tidak dapat berbohong dimana Amarilis Dewi lah yang justru sangat ingin kumiliki.Aku tidak ingin bermain-main dengan kata hatiku. Tetapi kenapa justru mereka yang ada dihadapanku ini seperti ingin mempermainkan rasa yang sudah kumiliki terhadap Dewi sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun