"Selamat datang di bahteraku, Dewa Kelana!, panggil saja aku Tuan Bestari," suara terdengar berat namun tegas. Tatapan matanya sangat berwibawa. Aku masih saja terus melongo tanpa bisa berkata sepatah katapun meski tanganku reflek menjabat tangannya. Jiwaku terasa ksong serta belum dapat berfikir jernih. Saat ini aku hanya berusaha keras menggali kembali kesadaranku. Ingatan-ingatan sebelumnya yang justru sekuat tenaga ingin kukubur sedalam-dalamnya terus bermunculan kembali. Terutama memori saat detik-detik pertemuan dinihari dan pagi di hutan mangrove sebelumnya.
Â
Aku terpana sekaligus masih terasa takut. Tetapi, wajah bapak paruh baya tersebut ternyata sangat tampan dan gagah. Tampaknya ia menyadari kegugupanku yang tidak bisa kusembunyikan
Â
"Tenang Nak!, tiada apa yang perlu kau khawatirkan," berusaha tuan kharismatik ini berusaha menghiburku agar aku sedikit tenang. Aku hanya bisa menatapnya dengan memberikan isyarat menganggukkan kepala sebagai bentuk persetujuan akan permintaannya. Tidak ada sepatah katapun yang bisa kuucapkan. Mulut rasanya masih terkunci rapat.
Â
 Baru kali ini aku berhadap-hadapan dari jarak sangat dekat. Paling kurang hanya sejauh 50 sentimeter saja. Sangat dekat. Kulitnya putih bersih sampai urat-urat dibeberapa bagian wajahnya samar terlihat. Hidungnya mancung proporsional dengan bentuk wajah dan  dagu agak persegi. Sorot matanya saat ini tampak kembali teduh.
Â
"Ini istriku!, Permaisuri Nirmala!" kemudian ia perkenalkan istrinya yang selalu setia berada disampingnya. Parasnya cantik tiada cela. Wajah cantiknya senada dengan cantiknya Kemala. Berbaju kurung berwarna hijau lumut dengan kain tapih warna kuning gading. Kain penutup kepala berwarna merah marun. Bahan kain tersebut semua bersulam benang emas mengkilat dan berpendar-pendar saat cahaya lampu mengenainya. Tentunya yang dipakai Permaisuri Nirmala menambah elegan penampilannya yang dasarnya memang sudah berparas cantik.
Â
Anak laki-lakinya kira-kira berusia 12 tahun dan perempuan 10 tahun berpenampilan senada dengan kedua orang tuanya. Keceriaan selalu terpancar di kedua wajah anak tersebut. Selayaknya anak raja dan bangsawan tempo dulu, dimana tindak tanduk prilakunya terukur dan sangat menjaga etika di depan umum.