Â
 Bangunan fisik jermal luasnya 3 x 4 meter. Dibangun diatas rangka nibung yang penyangganya dibuat silang menyilang. Ada bangunan pondok kecil beratap daun rumbia yang diperuntukkan untuk beristirahat sementara saat menjaring ikan dimalam hari. Pondok yang sebenarnya hanya cukup untuk selonjor tidur maksimal 4 orang.
Â
Selanjutnya aku mempersilahkan Kemala dan Dewi masuk kedalam pondok berbentuk limas beratap rumbia. Pelatarannya terlihat luas. Lantainya juga berasal dari susunan pohon nibung yang disusun menyerupai lantai. Pelataran ini difungsikan untuk meletakkan hasil tangkapan ikan. Sekaligus sebagai tempat untuk mengasinkan sekaligus mengeringkan hasil tangkapan ikan sebelum dibawa kekampung.
Â
Aku dan Fithar beristirahat santai dipelataran tempat ikan-ikan biasanya dikeringkan. Tikar pandan yang kubawa kuhamparkan untuk kami duduk menikmati malam. Angin malam berhembus sepoi-sepoi. Sangat terasa ditubuh karena aku hanya berbalut kaos tipis berwarna coklat dan celana blue jean butut.
Â
Fithar membincangkan hal-hal kehidupan kampusnya yang tampak begitu menarik. Aku hanya bisa membayangkan apa-apa yang dikatakannya. Kesulitan ekonomi keluarga sehingga kata kuliah harus kupendam jauh hanya diangan-anganku saja.
Â
 Cerita dimulai dari saat pertama Fithar bertemu dengan Kemala dan Dewi di kampus. Berlanjut hingga ke lika-liku perjalanan pertemanan mereka sampai dengan saat ini. Kesimpulanku yang bisa kutarik yang mereka adalah teman akrab. Berbagai kegiatan luar kampus menyatukan dan membuat mereka semakin kompak. Intinya mereka adalah orang yang saling dukung satu sama lainnya. Dari cerita Fithar juga kuketahui yang Dewi, suatu ketika pernah jatuh hati kepada seseorang teman sekampusnya. Tetapi tiba-tiba orangtuanya murka atas pilihannya dengan alasan yang sampai dengan saat ini belum diketahuinya.
Â