Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Mati (10. Polymesoda Erosa di Hutan Mangrove)

30 Januari 2022   15:49 Diperbarui: 30 Januari 2022   15:57 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dengan pictsart app

 

Ditepian sungai ini penuh dengan tanah berlumpur yang sangat lunak, terkadang menyebabkan kaki terperosok masuk sampai dikedalaman setengah meter. Tentunya kita harus memerlukan bantuan seseorang untuk membantu menarik kita agar bisa kembali ke posisi semula sebelum kaki kita terbenam lebih dalam lagi. Tentu diperlukan kesigapan dan kesiapan untuk saling membantu karena sewaktu-waktu kita dapat terbenam kedalam lumpur yang cukup dalam. Salah satu cara menghindari kaki terbenam dilumpur lunak adalah berpegangan di akar-akar pohon mangrove yang menyerupai kaki-kaki yang sangat kokoh.

 

Akar tunjang pohon mangrove itu menyerupai garputala tak beraturan yang terlihat merata ditepian sungai. Lebih masuk kedalam hutan situasinya agak berbeda. Akar pohon mangrove berubah bentuk seperti tonjolan-tonjolan lutut kaki yang menjulur keatas setinggi 30 sampai dengan 45 sentimeter diatas permukaan tanah.

 

"Bagaimana caranya bisa mencari kepah semudah itu?" Tanya Kemala tampak heran. Dewi hanya melongo memperhatikan apa yang kukerjakan sejak tadi. Mereka telah melihatku  hanya mengandalkan indera mata untuk mendeteksi keberadaan kepah yang tersembunyi didalam lumpur tersebut. Dengan hanya mencungkil menggunakan pisau saja, aku sudah bisa mendapatkan 7 buah kepah dalam waktu kurang dari 1 menit.

 

 "Lihat saja mata kepah nya!" Aku menjelaskan sambil mempraktekkannya langsung diatas hamparan tanah lumpur tersebut. Tampak wajah mereka masih kebingungan. Memang tidak mudah dan perlu pengalaman panjang fikirku.

 

"Jika tidak bisa melihat tanda matanya, goreskan saja ujung senjata pisau tajam ke tanah berlumpur," sambil kucoba kembali mempraktekkannya dilumpur yang terasa lembut.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun