Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Mati (10. Polymesoda Erosa di Hutan Mangrove)

30 Januari 2022   15:49 Diperbarui: 30 Januari 2022   15:57 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dengan pictsart app

Barisan mangrove yang lebat tersebut membentuk seperti benteng kokoh berwarna hijau yang sedap dipandang mata. Berbagai jenis pohon pembentuk hutan mangrove tersebut seperti spesies Brugueira cylindrica, Brugueira gymnorhiza, Rhizopora mucronata dan Sonneratia alba, tumbuh melingkupi hampir seluruh daratan berlumpurnya.

"Lihat buah itu! menjuntai panjang, seperti siap menancap kelumpur jika jatuh ke bawah." Kemala kegirangan sambil menunjuk-nunjuk buah mangrove lebat di sepanjang tepian pulau yang dilewati. Dewi, saat ini kembali duduk dianjungan perahu. Seperti biasanya tatapannya selalu fokus ke hutan disampingnya. Tatapannya tetap tenang, tetapi seperti dapat menerawang sampai kedalam hutan. Seperti biasa akupun membiarkan cara mereka masing-masing dalam mengagumi keindahan ciptaan tuhan.

45 menit perjalanan telah berlalu. Saat ini kami mulai memasuki alur sungai berkelok kelok yang perlahan tampak semakin mengecil. Kerapatan hutan mangrove nya bertambah tebal dan masih sangat terjaga. Dewi, sepertinya masih tetap serius dengan hutan mangrove karena pandangannya seperti tidak lepas ke arah hutan tersebut.

Tiba-tiba betapa terkejutnya aku. Hal yang tidak kuduga sama sekali. Terlihat olehku ada objek bergerak secara perlahan menuju kearah kami. Saat ini seharusnya tidak ada orang sama sekali didaerah tersebut karena waktu sedekah laut masih belum berakhir.

Secara perlahan tapi pasti. Dari kejauhan diarah yang berlawanan pada sisi kiri sungai aku melihat sebuah perahu lebih kecil bergerak sangat lamban. Didalamnya ada penumpang dewasa dan anak-anak. Semakin lama jarak kami semakin dekat. Untuk kemudian beberapa saat lagi akan segera berpapasan langsung. Lebar sungai saat ini berjarak sekitar 10 meter. Tampak beberapa orang didalam perahu tersebut.

"Ya Allah!"aku kaget meski aku berusaha tenang dan tidak ingin ada yang mengetahuinya kegundahanku.

Dapat kupastikan mereka adalah keluarga tadi malam yang kami sempat berpapasan di pantai sana. Lidahku kelu. Kuduga keluarga kecil itu terdiri ayah, ibu serta dua anaknya yang masih kecil. Peristiwa tadi malam seolah berulang kembali. Tapi kali ini tanpa ada kata sepatah katapun. Mereka berlalu dengan perlahan dan pasti. Hanya terdengar gemericik riak air saat biduk dikayuh.

Reflek badanku terasa lemas dan gemetar. Sedang ketiga tamuku terlihat sangat tenang seperti tidak ada kejadian apapun didepan mereka. Gas mesin perahu serasa melamban. Meskipun, itu hanyalah perasaanku saja. Jujur saja ingin rasanya perahu motor ini kubelokkan arahnya agar aku tidak mempunyai kesempatan bertemu dengan keluarga misterius dinihari itu. 

Kembali teringat olehku, wanita cantik yang duduk di depan bapak setengah baya yang sedang mendayung tersebut adalah perempuan yang asyik mengobrol dengan Dewi menjelang subuh pagi tadi.

Aku berusaha untuk menyadarkan diriku sendiri dengan mencubit pahaku berulang kali. Apakah ini mimpi?. Aku juga melihat-lihat dengan sengaja keadaan disekelilingku secara seksama berulang kali. Serasa begitu hening. Tidak terdengar bunyi-bunyian burung hutan dan jangkrik yang biasanya bernyanyi sangat nyaring. Matahari diatas kepalaku bersinar terik. Sedang tiga temanku lainnya seperti terpaku diam seribu bahasa dan ekspresinya tidak berubah sedikitpun.

Aku berusaha untuk tidak memulai pembicaraan apapun dengan apa yang baru saja terjadi. Tambahan tidak ada reaksi dari Fithar, Kemala dan Dewi. Mereka melihat tetapi seperti tidak terhubung dengan sekitarnya. Sama sekali tidak ada respon sedikitpun dari mereka terhadap kejadian yang baru saja berlangsung dihadapan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun