Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catatan Perjalanan Sang Kapten (4. Poliglot Letnan Arthur)

25 Januari 2022   20:00 Diperbarui: 25 Januari 2022   20:04 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibuat sendiri menggunakan pictsart app

 

Demikian juga selama pelayaran kami ke Hindia Belanda ini. Seringkali terlihat banyak gadis-gadis menahan pandangannya beberapa waktu kepada pemuda asal kota Manchester tersebut.  Perempuan-perempuan muda di pelabuhan tersebut akan saling berbisik diantara mereka. Dapat kupastikan bahwa mereka lagi terkesima melihat Arthur. 

Ditambah kesupelannya dalam berkomunikasi pria berhidung mancung, berwajah agak persegi serta kulit  agak kecoklatan tentunya sangat mudah memikat setiap hati perempuan yang melihatnya. Kufikir gadis-gadis akan sangat mudah didapatkannya, tidak terkecuali nanti perempuan-perempuan di Hindia Belanda.

 

Melihat Arthur yang sangat bertalenta. Langsung teringat olehku Tuan Abbot yang juga berasal dari Manchester. Satu-satunya tentara Inggris yang gugur saat penyerangan Inggris di Trafalgar. Sobat baikku itu sebelum gugurnya sempat menceritakan yang ia mempunyai remaja laki-laki anak adopsi yang sangat berbakat dalam berbahasa. 

Diceritakannya kepadaku bahwa anaknya tersebut sangat berkeinginan ke Hindia Belanda untuk menemui orang tuanya yang mungkin masih hidup. Apapun keadaan ibu Hindia Belandanya dia akan tetap menerimanya. Ia berharap suatu saat aku bisa bertemu dengan Arthur yang saat itu diperkirakan masih remaja, kemudian bersamanya berlayar ke Hindia Belanda.

 

Sampai suatu ketika keterkejutan juga tiba-tiba datang menghampiriku disaat Arthur mengatakan, “Ayahku Tuan Abbot, perwira yang gugur di Trafalgar!” ia mengatakan kepadaku siapa ayahnya sebenarnya. Mungkin ia menduga aku pasti akan mengenalnya karena melihat pangkatku yang sudah tinggi dan sering mengikuti pertempuran laut. Aku langsung bergetar dan langsung memeluk pemuda berbeda kota denganku itu sekuat tenaga. Benakku berkata anak yang malang.  Meskipun Arthur masih tampak terheran-heran dengan sikap spontanku itu.

 

“Kita pasti ke Hindia Belanda, Arthur” aku menepuk-nepuk punggungnya beberapa kali dan dalam hati berterimakasih kepada Tuhan yang telah mempertemukan kami saat ini berada di satu kapal dan dengan tujuan yang sama.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun