Terkadang merenda satu persatu masalah dengan berdiam diri di kamar tak juga meretas akar masalah yang tengah dihadapinya. Melamunkan semua kenangan pertama dia kenal Rian, berikut hari-hari indah yang mereka lalui hingga menuju mahligai pernikahan, tak juga mampu menepis kegelisahan hatinya. Instrospeksi diri juga, sudah dilakukannya.
"Mungkin memang aku yang bodoh" keluhnya,
"Tak bisa menjadi seorang istri yang baik, tak bisa masak enak, tak bisa berdandan cantik buat suami"
"Aahhh itu mah klise," kata Kei salah satu sahabat yang selalu menjadi tempatnya menumpahkan semua perasaannya yang gundah.
"Kamu tidak bodoh dan kamu itu kalo masak uuuenaknya ngalah-ngalahin chef Juna tahu enggak"
"Buktinya kalo kamu masak pasti aku makan dengan lahap, jadi kalo kamu bilang masakanmu ghak enak, pasti orang itu yang bodoh dan tidak punya taste yang baguslah" ucap Kei dengan gaya songongnya.
"Lalu apa kesalahanku sampai-sampai mas Rian tak betah di rumah"
"Eehhhhhmmm menurutku sih dasar suamimu yang ghak bener Nyet" kata Kei yang selalu memanggil Nyet pada Dhe dengan ekspresi tak berdosa ngebodoh-bodohin suami orang.
"Ghak bener gimana maksutmu, atau ..."
"Atau punya selingkuhan maksutmu Nyet" seloroh Kei.
Dhe diam saja tak bisa menjawab.