Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kru Suay Mak (25)

13 September 2015   23:20 Diperbarui: 13 September 2015   23:20 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Surprise menyenangkan, sekaligus menegangkan, dan sekarang ini….membuatku cemas. Nut ada pada mereka, Madam Lawan dan bosnya. Menurut centeng-centeng Madam Lawan, rumah orangtua Nut di Pang Mapha mereka bakar, dan nyawa Pearl terancam. Nut terpaksa ikut mereka,” kata Mirza.

“Dan kau sendiri? Bagaimana bisa lolos dari mereka?” tanya Chon.

“Dengan susah payah; ini aku dapat sabetan parang di lengan kiri. Sudah mendingan, diobati secara tradisional oleh biksu di luar itu tadi”

“Ya, itu salah satu biksu temanku.  Tadi pagi aku sampai di sini, setelah ditelepon biksu bahwa ia mendapatkan petunjuk hasil penerawangan bahwa aku akan menemukan orang yang kucari. Pastilah biksu muda itu yang secara diam-diam, dengan kemampuannya, mengarahkan langkahmu ke wat ini.”

Mirza meraih secawan teh hangat yang baru dituang oleh seorang biksu cilik. “Aku harus mencari Nut, Chon. Sekarang juga, di Pang Mapha,” kata Mirza. “Aku kuatir keselamatannya”

“Hm. Berani juga kau rupanya. Kau pikir kau bisa melawan bos besar dan anak buahnya, seorang diri?” tanya Chon.

“Sudah terlanjur basah,” kata Mirza.

Chon menepuk bahu Mirza. “Nong, aku turut andil menceburkan diri mu dalam bahaya ini. Aku tidak bisa membiarkanmu masuk lebih dalam. Jiwamu terancam. Jadi, sebaiknya kau segera balik ke Bangkok. Pergilah ke Kedutaan Besar Indonesia di Bangkok untuk minta pengganti paspor.  Aku sediakan uang cukup untuk mengurus ini itu dan beli  tiket pesawat ke Indonesia. Biarlah Nut mengatasi sendiri urusannya. Kalau ia balik dan kerja lagi buat bosnya Madam Lawan, masalah selesai,” kata Chon.

Mirza menatap Chon. “Tidak, pi! Aku tak tega mendapati Nut dalam bahaya. Aku akan mencarinya, aku tak gentar!” ucap Mirza. Chon menarik nafas.

“Ah, cinta rupanya telah membuat pemuda tengil macam kamu jadi kelewat berani,” Chon berhenti bicara, meneguk habis secawan teh.

“Asal tahu, nong! Bisnis pelacuran itu nikmat sekaligus keras dan kejam. Kau telah mengacaukan aset bisnis si bos besar. Si bos pasti akan mengembalikan Nut jadi Ratana di Madam Lawan’s house; kau tak akan mendapatkan dan memiliki Nut tanpa mengacaukan hidupmu,” kata Chon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun