Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kru Suay Mak (24)

25 Februari 2015   19:29 Diperbarui: 13 September 2015   23:22 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Mirza mencelupkan kaki ke bak air itu. Kesegaran air pegunungan seperti merambat sampai kepala dan nyeri di luka itu berangsur-angsur sirna.

 

Biksu memperhatikan setiap gerak-gerik Mirza, dan ia berkata:

 

“Kau tahu bagaimana kau sampai pada wat ini?” tanya biksu.

 

“Saya tidak tahu, saya hanya mengikuti kata hati,” kata Mirza.

 

Biksu tersenyum. “Saya, atas nama Buddha, yang menuntunmu kemari.” Ujar biksu.

 

Mirza mendongak, masih duduk di tepian bak. “Kenapa saya dituntun sampai kemari?” tanya Mirza.

 

“Karena kau harus bertemu seseorang di sini. Dialah yang minta saya menuntun kamu kemari,” kata biksu.

 

“Seseorang? Siapa?” tanya Mirza.

 

“Berdirilah, keringkan kakimu dan masuklah ke dalam wat. Ia menantimu di sana”

 

Ragu Mirza berdiri dan menyeka kakinya dengan kedua tangan sampai kering. Perlahan ia melangkah ke wat. Benar, seseorang telah menantinya di dalam wat.

 

BERSAMBUNG KE SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun