Dari jarak yang sudah mendekat, Sofiah bisa melihat dengan jelas. Rumah itu cukup besar dengan halaman yang juga besar. Sepertinya rumah itu baru selesai dibangun. Bentuknya model terbaru, bahkan sebuah pohon kelapa kecil berdiri indah dihalaman yang tertutup pagar setengah badanÂ
Dada Sofiah bergemuruh, kakinya sudah siap meloncat keluar andai mobil ini berhenti. Tetapi tunggu dulu? didepan rumah tampak berdiri beberapa orang, pandang mereka tertuju pada mobil dimana Sofiah berada.Â
Mereka adalah orangtua suaminya. Wajah orang-orang itu jelas tertuju pada kedatangan mereka. Ada apa ini? Mana suasana pernikahan seperti yang di beri tahu bapaknya? Mengapa pula mertuanya bersikap seperti itu.Â
Sofiah turun dari mobil. Tubuhnya berdiri di belakang kedua orangtua dan adik nya. Kini rasa bingung melanda dirinya. Walau begitu, emosinya belum berubah, motivasi fight nya juga masih membara.Â
Ibu mertuanya melangkah maju mendekat, kemudian bersalam-salaman dengan bapak ibunya. Sofiahpun dengan terpaksa bersalaman dengan mertuanya.Â
Sekonyong suara tepukan tangan terdengar dari teras rumah baru itu. Dada Sofiah tercekat, diteras itu berdiri suami nya dengan terhias wajah sumringah.Â
" Ayo Cepat kemari! " Teriak lelaki itu masih bertepuk tangan. Â Kemudian tubuhnya bergegas menuju kearah para tamunya. Dengan wajah sumringah yang belum hilang.Â
Sekonyong, bapaknya menoleh dan berkata padanya. Nada suara bapak terdengar lirih dan penuh haru.Â
" Sebelumnya bapak mohon maaf. Karena telah berbohong . Suamimu tak menikah tetapi dia telah menyuruh kami untuk bersandiwara seperti ini. Karena dia ingin membuat suprise untukmu. Sebuah hadiah rumah untuk ulang tahun pernikahan kalian yang keempat belas tahun. "
Betulkah itu? Sofiah menggosok kedua matanya. Bermimpikah dia? Sungguhkah rumah besar yang berpohon kelapa itu adalah rumahnya?Â
Dia  masih sempat melepaskan genggaman Badil yang ingin memegang lengannya. Matanya mem-beliak tajam menatap suaminya seolah ingin meminta penjelasan.Â