Mohon tunggu...
Eddi Kurnianto
Eddi Kurnianto Mohon Tunggu... Jurnalis - orang kecil dengan mimpi besar.

orang kecil dengan mimpi besar.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kematian untuk Sepak Bola Kami

25 September 2018   19:13 Diperbarui: 26 September 2018   12:59 1372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaannya kemudian, bagaimana pihak berwenang merespon kejadian seperti di atas? Apakah penangkapan terhadap pelaku pembunuhan tidak cukup?

Jawabannya tentunya tidak sederhana. Jelas penangkapan terhadap yang bertanggungjawab harus dilakukan. Diproses hukum dan jangan berhenti prosesnya. Pengeroyokan, bahkan pembunuhan, harus mendapat konsekuensi yang jelas untuk menguatkan penegakan hokum di masa depan. Sayangnya dalam kasus rivalitas supporter tim sepakbola, hanya menangkap pelaku sepertinya tidak cukup.

Permusuhan berdarah ini tampaknya diturunkan dari generasi ke generasi. Saat generasi yang lebih tua sudah cukup moderat dan siap menerima perbedaan antar supporter, muncul generasi supporter yang lebih muda. Lebih galak dan brutal, karena mendapatkan warisan permusuhan itu. Mereka tak takut (atau tepatnya terlalu muda untuk berpikir) resikonya melawan hukum.

Kalau mau fair, sebenarnya banyak juga upaya preventif yang dilakukan aparat kepolisian. Di pertandingan yang punya catatan rivalitas panjang, kepolisian seringkali menghimbau agar tim tamu tak perlu hadir. Apalagi sejak beberapa hari sebelum pertandingan sudah ada tanda tanda buruk, misalnya sweeping plat nomer mobil atau KTP oleh supporter lokal. Sayangnya seringkali, atau malah setiap kali, himbauan itu tak dianggap.

Buat para penggemar itu klub sepak bola mereka, adalah identitas sekaligus pujaan.  Kalau sudah begitu, larangan tidak menonton justru bisa terdengar sebagai tantangan menunjukkan kecintaan pada tim favorit. 

Mereka tak ragu melawan hukum, dan bertaruh nyawa, demi membela klub favoritnya. Kalau karena kenekatannya mereka harus masuk sel polisi, begitu keluar justru nama mereka akan naik. Sebagai supporter fanatik yang rela ditangkap demi klub favoritnya. Lalu bagaimana memberi efek jera pada suprter model begini?  Saya jadi ingat kata kata seorang teman, Kalau ingin menghukum, maka hukumlah dengan apa yang paling mereka cintai.  Apa yang paling dicintai suporter? Klub tentu saja

Salah satu yang layak dipertimbangkan adalah menghukum klub jika supporternya melakukan tindakan melawan hukum. Bukan hanya denda besar atau pengurangan poin, tapi juga larangan bertanding. Rasanya ini sudah jamak di Negara Negara Eropa.

Tapi apakah klub boleh dianggap bertanggungjawab atas perbuatan penggemarnya? Untuk pertanyaan ini, sekali lagi saya harus mengambil contoh dari Liverpool FC. Salah satu klub terbesar Inggris ini juga terlibat dalam salah satu kerusuhan terburuk dalam sepakbola Eropa. Tragedi Heysel.

Tanggal 29 Mei 1985, di Stadion Heysel, Brussel, Belgia digelar pertandingan final Piala Champions antara Liverpool melawan Juventus. Awalnya pertandingan ini menawarkan tontonan menarik, lantaran kondisi kedua klub sedang berada di puncak performa.

Juventus pada 1984 baru saja memenangi kejuaraan Winner's Cup dan penyerang mereka, Michel Platini, tiga kali meraih penghargaan Ballon d'Or atau pemain terbaik di Eropa tahun 1983 hingga 1985. Beberapa pemain nasional Italia pemenang Piala Dunia 1982 juga menjadi punggawa I Bianconeri.

Liverpool juga tidak kalah hebat. Mereka adalah Raja Eropa saat itu. The Reds yang sempat empat musim menjadi juara Piala Champion bertekad mempertahankan gelar itu. Sayangnya harapan pertndingan hebat itu pupus digantikan tragedi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun