Kontan saja terjadi saling berdesakan yang hebat. Orang orang yang di belakang tak tahu bahwa yang di bagian depan sudah tak bisa lagi maju. Pertandingan sudah dimulai, mereka ingin menonton. 5 ribuan penonton terus mendorong dari belakang, dan saat itu tak terlihat pihak keamanan mengatur antrean. Hanya dalam hitungan detik chaos terjadi.Â
Tiang besi penyangga podium atas patah dan menjebak fans yang belum bisa masuk ke stand. Bagi orang orang yang berada ditengah dan ujung antrian, dorongan itu terbukti fatal.
Glen Flatley melukiskan keadaan yang mengerikan saat itu, bagaimana dia merasakan sangat sulit mengambil nafas, dan yakin bahwa dia akan mati. Menurutnya tekanan itu seperti terjepit diantara dua lapisan beton tebal. Tak ada kemungkinan menarik nafas. "saya terus mencoba menarik udara lewat mulut, tapi tak bisa. Dada dan paru-paru saya tak bisa mengembang".
Sementara itu Jolly terus berteriak teriak bahwa mereka membawa anak kecil, meminta orang di belakangnya berhenti mendorong. "Dorongan itu terus terjadi," kenang Jolly, "kami tak bisa bernafas..., sangat sulit bahkan untuk menarik nafas."
Mereka tertekan, melihat orang orang di depan mereka terjatuh lemas dan terus tergencet. Bahkan orang orang dewasa bertubuh besar terpaksa menyerah. Tak  ada kesempatan untuk Jon-Paul yang bertinggi badan 145 cm. Tubuh mungilnya baru bisa diselamatkan dari tumpukan puluhan jenazah lain, saat chaos sudah selesai.
Dalam peristiwa Hillsborough itu total 96 fans Liverpool tewas. Itupun belum termasuk beberapa korban Hillsborough yang terus mengalami tekanan jiwa dan membunuh diri. Jumlah korban meninggal tersebut tercatat sebagai jumlah tertinggi dalam kecelakaan di stadium dalam sejarah Britania Raya.
730 orang terluka di dalam stadiun serta 36 terluka di luar stadion. Ratusan orang mangalami trauma karena peristiwa tersebut.
Tim tamu yang mengalami korban jiwa, Liverpool FC, justru mendapat hukuman. Polisi saat itu menyatakan bahwa penyebab kejadian adalah sekelompok Hooligans, berita di Harian The Sun ikut mengkonfirmasi.Â
Walaupun kemudian, 28 tahun kemudian, terbuka kejadian sebenarnya bahwa penyebabnya adalah ketidaksiapan panitia pertandingan dan pengamanan polisi, toh Liverpool FC sudah terlanjur dihukum oleh dunia.Â
Fans mereka mendapat cap sebagai pengacau dimana mana. Presiden UEFA saat itu, Jacques George, bahkan secara berterang menyebut supporter Liverpool sebagai mahluk buas (beasts). Padahal kalau melihat orang orang yang tewas, sulit rasanya membayangkan mereka semua hooligans. 7 (tujuh) orang diantara korban adalah perempuan dan 13 diantaranya berusia di bawah 19 tahun.
Rivalitas Seharga Nyawa