Bukan sekadar hafal terhadap apa yang akan disampaikan, melainkan sudah menjadi bagian dari dirinya sendiri. Bercampur padu dengan pemikiran dan pengalaman sendiri serta semangatnya untuk berbagi kepada publik, inilah yang terpenting.
Terkait ini, ada ungkapan yang mengatakan, "Kamu bukanlah apa yang kamu katakan, melainkan siapa dirimu yang sebenarnya."
Jadi, sebelum dan pada saat berbicara, satukan diri dengan materi yang akan disampaikan. Jadikan topik pembicaraan benar-benar menyatu dengan diri sendiri.
Ramu semuanya dengan pengalaman dan contoh-contoh nyata yang dialami sendiri. Jangan biarkan ada jarak antara apa yang disampaikan dengan diri sendiri.
Keempat, ambil kesempatan berbicara.
Seperti penulis kemukakan di awal, berbicara di depan umum adalah sebuah keterampilan. Sebagai keterampilan, tentu bisa dipelajari dan dipraktikkan. Maka, tiada jalan lain selain mempraktikkannya.
Bagaimana mempraktikkannya? Ada banyak cara. Sebagai pemula, kita bisa mulai berlatih di rumah, di depan kaca, misalnya. Lalu, menjadikan anggota keluarga sebagai audiens. Mintalah masukan untuk perbaikan dari mereka.
Selanjutnya, ambil kesempatan berbicara, mulai dari kelompok-kelompok kecil. Tidak mesti ujug-ujug berbicara di depan ratusan audiens, cukup di hadapan beberapa orang saja dulu dengan scoup yang terbatas.
Cukup materinya pendek saja dulu dengan waktu singkat, misalnya 3-5 menit. Ini akan menjadi ajang berlatih dan mematangkan diri menjadi pembicara publik.
Jika mau lebih mantap lagi, ambil kursus publik speaking yang berkualitas. Di dalam pelatihan itu, kita akan mendapat panduan bagaimana menjadi pembicara yang baik sekaligus diberikan kesempatan luas untuk praktik berbicara. Nah, praktik berbicara inilah yang terpenting.
Kita tidak akan piawai berbicara di depan umum apabila hanya dengan membaca buku teknik publik speaking tanpa mengikutinya dengan praktik nyata. Praktik, praktik, dan praktik, begitu seterusnya dan seharusnya.