Ketiga, lebih suka ngobrol. Daripada membaca, banyak orang lebih suka ngobrol. Mereka malas membaca buku karena membaca itu membutuhkan konsentrasi yang intens dan dianggap melelahkan. Berbeda halnya dengan ngobrol yang bisa dilakukan secara santai dan ringan.
Toh, melalui ngobrol pun mereka akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari orang lain. Budaya lisan yang sudah ada sejak zaman baehula rupanya masih terpelihara hingga kini.
Keempat, lebih suka menonton. Unsur audio-visual sebuah tontonan, boleh jadi jauh lebih menarik dibandingkan dengan buku. Itulah sebabnya orang lebih memilih menonton video di youtube, televisi, podcat, dan sejenisnya untuk mendapatkan informasi.
Berbeda dengan membaca buku, kegiatan menonton atau memirsa dipandang oleh sebagian besar orang lebih nyaman dan tidak memeras pikiran dan konsentrasi. Siapa yang tak mau memilih yang lebih santai?
Terlindas Kemajuan Zaman
Itulah beberapa kemungkinan mengapa orang meninggalkan buku cetak, mengapa toko dan kios buku tutup. Banyak orang memilih mengakses informasi dengan mudah melalui internet, ngobrol atau menonton video di kanal youtube
Semuanya itu telah meminggirkan minat terhadap buku cetak. Era buku cetak menyurut dan era digital menggantikannya.
Akibatnya, toko-toko buku semakin langka pembeli, merugi, dan tak mampu membiayai operasionalnya sehingga akhirnya memilih tutup. Itulah fenomena yang tengah terjadi.
Akankah toko buku -- dan buku cetak, segera menjadi sejarah masa lalu, terlindas oleh kemajuan zaman?
(I Ketut Suweca, 28 Februari 2022).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H