Pertanyaannya, adakah orang yang tidak mempunyai tujuan hidup? Lebih spesifik lagi, adakah orang yang tidak memiliki tujuan dalam bekerja? Seharusnya, semua orang memiliki tujuan hidup, termasuk tujuan bekerja.
Tanpa tujuan yang hendak diperjuangkan, akan sulit bagi siapa pun dalam memotivasi diri. Jadi, ia mesti memiliki tujuan, berikut sasaran atau target-target dalam hidup. Hanya dengan begitu dia akan termotivasi dan bersemangat untuk bekerja demi mencapai apa yang diimpikannya.
Orang yang tanpa tujuan laksana kapas yang dihempas angin. Kapas akan mengikuti kemana angin menerbangkannya. Apakah akan jatuh di halaman rumah orang, terhempas di sungai dan hanyut ke laut, atau lainnya. Semuanya serba tidak jelas, tidak pasti, dan tanpa arah. Adakah hidup seperti ini pantas diperjuangkan?
Kedua, gaji yang rendah.
Secara psikologis, besaran gaji merupakan alat untuk memotivasi karyawan. Jika karyawan memandang gaji yang mereka terima terlalu rendah atau tidak layak, bisa saja hal ini melunturkan semangat kerja.
Apalagi bila ia membandingkan dirinya dengan rekan sejawatnya yang kurang-lebih sepadan dengannya, baik dalam hal masa kerja dan produktivitas. Rekannya dapat kenaikan gaji, sedangkan dia sendiri tidak mendapatkannya. Kalau hal ini dirasakan kurang adil, maka dia bisa mengalami demotivasi.
Belum lagi kalau disandingkan dengan kebutuhan real keluarga, boleh jadi gaji yang didapat tidak memadai untuk memenuhi semua kebutuhan itu.
Akibatnya, orang bisa kehilangan motivasi kerja apalagi ia juga tidak melihat kemungkinan adanya kenaikan gaji dalam waktu dekat. Bisa terjadi yang bersangkutan memutuskan untuk resign atau mencari kerja sampingan.
Ketiga, lingkungan kerja toxic.
Lingkungan kerja juga mempengaruhi semangat kerja karyawan. Apakah lingkungan kerja yang ada sepenuhnya memberikan semangat untuk bekerja? Apakah ada kerjasama atau sinergitas di dalamnya? Lingkungan kerja yang baik akan meningkatkan motivasi kerja dalam kebersamaan dengan jiwa korsa yang tinggi.
Terkadang ada saja satu atau dua orang karyawan yang toxic. Artinya, ia sering membuat suasana tidak nyaman, suka membuat permasalahan dan konflik dengan karyawan lainnya. Orang semacam ini suka membuat gaduh. Ia senang melempar gosip atau isu-su negatif di kantor.