Anda kehilangan semangat kerja? Bahkan, sekarang sedang mengalami lose work motivation itu? Jika Anda jawab "ya", maka sudah saatnya memikirkan dan menemukan jalan keluarnya.
Jika semangat kerja ini dibiarkan tenggelam, maka akan banyak dampak negatif yang diakibatkannya, baik terhadap diri maupun tempat kerja.
Ketahui Penyebabnya
Kehilangan semangat kerja atau orang menyebut dengan istilah demotivasi merupakan gejala yang dirasakan, dialami, yang tampak di permukaan. Yang perlu diketahui adalah faktor penyebabnya.
Seperti dokter perlu mendiagnosis gangguan kesehatan pasien sebelum memberikan tindakan dan pengobatan, demikian juga dengan penanganan terhadap demotivasi ini. Dibutuhkan pemahaman yang pasti apa yang menjadi biang keladi kehilangan semangat kerja tersebut.
Dengan mengetahui penyebabnya, maka terapi yang diambil akan relevan dengan problem yang dihadapi. "Pengobatan"-nya pun menjadi tepat. Adalah tidak mungkin mengobati gejala-gejala luar saja. Kalau ingin problemnya terselesaikan secara tuntas, mesti diketahui penyebabnya dan mulai menanganinya dari situ.
Penyebab Demotivasi Kerja
Kalau ditelusuri lebih jauh, terdapat beberapa penyebab mengapa seseorang mengalami kehilangan semangat kerja. Penyebab demotivasi bisa dari satu penyebab saja, bisa pula gabungan dari beberapa penyebab seperti dijelaskan berikut ini.
Pertama, tidak punya tujuan.
Pertanyaannya, adakah orang yang tidak mempunyai tujuan hidup? Lebih spesifik lagi, adakah orang yang tidak memiliki tujuan dalam bekerja? Seharusnya, semua orang memiliki tujuan hidup, termasuk tujuan bekerja.
Tanpa tujuan yang hendak diperjuangkan, akan sulit bagi siapa pun dalam memotivasi diri. Jadi, ia mesti memiliki tujuan, berikut sasaran atau target-target dalam hidup. Hanya dengan begitu dia akan termotivasi dan bersemangat untuk bekerja demi mencapai apa yang diimpikannya.
Orang yang tanpa tujuan laksana kapas yang dihempas angin. Kapas akan mengikuti kemana angin menerbangkannya. Apakah akan jatuh di halaman rumah orang, terhempas di sungai dan hanyut ke laut, atau lainnya. Semuanya serba tidak jelas, tidak pasti, dan tanpa arah. Adakah hidup seperti ini pantas diperjuangkan?
Kedua, gaji yang rendah.
Secara psikologis, besaran gaji merupakan alat untuk memotivasi karyawan. Jika karyawan memandang gaji yang mereka terima terlalu rendah atau tidak layak, bisa saja hal ini melunturkan semangat kerja.
Apalagi bila ia membandingkan dirinya dengan rekan sejawatnya yang kurang-lebih sepadan dengannya, baik dalam hal masa kerja dan produktivitas. Rekannya dapat kenaikan gaji, sedangkan dia sendiri tidak mendapatkannya. Kalau hal ini dirasakan kurang adil, maka dia bisa mengalami demotivasi.
Belum lagi kalau disandingkan dengan kebutuhan real keluarga, boleh jadi gaji yang didapat tidak memadai untuk memenuhi semua kebutuhan itu.
Akibatnya, orang bisa kehilangan motivasi kerja apalagi ia juga tidak melihat kemungkinan adanya kenaikan gaji dalam waktu dekat. Bisa terjadi yang bersangkutan memutuskan untuk resign atau mencari kerja sampingan.
Ketiga, lingkungan kerja toxic.
Lingkungan kerja juga mempengaruhi semangat kerja karyawan. Apakah lingkungan kerja yang ada sepenuhnya memberikan semangat untuk bekerja? Apakah ada kerjasama atau sinergitas di dalamnya? Lingkungan kerja yang baik akan meningkatkan motivasi kerja dalam kebersamaan dengan jiwa korsa yang tinggi.
Terkadang ada saja satu atau dua orang karyawan yang toxic. Artinya, ia sering membuat suasana tidak nyaman, suka membuat permasalahan dan konflik dengan karyawan lainnya. Orang semacam ini suka membuat gaduh. Ia senang melempar gosip atau isu-su negatif di kantor.
Orang seperti ini, idealnya, dikeluarkan dari kantor oleh pimpinan setempat. Sifat dan perilakunya bisa merusak suasana dan kondisi kerja. Lalu, bagaimana kalau kebijakan mengeluarkannya tidak dilakukan oleh pimpinan?
Salah satu jalan terbaik adalah mengurangi bergaul atau berkomunikasi dengan orang yang suka ngerecoki seperti ini. Agar tidak sama sekali putus komunikasi, sekadar say hello saja sudah cukup. Selanjutkan kurangi bergaul dengannya dan kembali menekuni tugas.
Keempat, konflik antarpribadi.
Dalam pergaulan di kantor terkadang terjadi konflik antarpribadi. Ada karyawan yang berkonflik dengan karyawan lainnya. Tidak hanya sekali kejadiannya, bahkan bisa beberapa kali.
Sebuah konflik bisa berkelanjutan dan menjadi kian memanas karena di antara mereka yang berkonflik belum menyelesaikan masalah mereka sampai tuntas. Mereka belum akur kembali dan belum saling memaafkan secara tulus, melainkan masih ada luka di hati.
Ketika kemudian terjadi lagi permasalahan, akan dengan mudah tersulut menjadi konflik dengan segala macam bentuknya, mulai dari pertengkaran hingga bentrok fisik. Hal seperti ini akan merusak tatanan dan harmonisasi di dalam kantor.
Seharusnya konflik bisa dihindari atau dikurangi dengan saling membuka diri yang dimediasi oleh pimpinan dan mereka yang bertugas di bidang kepegawaian atau human resources. Dengan mediasi tersebut, diharapkan konfilk bisa diselesaikan dengan baik.
Jika tidak bisa diselesaikan, maka salah satu atau kedua-duanya seyogianya dikeluarkan dari kantor. Keputusan oleh pimpinan perusahaan mesti diambil kendati terasa pahit.
Kelima, tidak ada tantangan.
Tantangan merupakan bagian penting dalam menyemangati orang dalam bekerja. Bekerja tanpa tantangan berarti bekerja tanpa motivasi. Itulah sebabnya, tantangan demi tantangan sangat diperlukan.
Dengan tantangan itu, orang akan terdorong untuk bekerja dengan lebih baik. Terdorong untuk mengeluarkan segala kemampuan diri untuk menjawab tantangan. Dan, tantangan memacu gairah untuk lebih giat lagi dalam bekerja.
Dibutuhkan tantangan-tantangan baru untuk bisa bekerja dengan akselerasi yang lebih baik, tidak berhenti berlama-lama di zona nyaman. Kemajuan demi kemajuan dalam hidup dan organisasi akan tercapai apabila orang mampu mengatasi tantangan demi tantangan.
Keenam, kelelahan mental.
Anda pernah mengalami kekelahan mental? Selama ini mungkin Anda sudah memforsir pikiran dan tenaga untuk sebuah pencapaian? Lalu, Anda merasa lelah, lelah sekali, terutama secara mental!
Kelelahan seperti ini manusiawi saja sifatnya. Orang yang bekerja keras siang dan malam dan di bawah tekanan, sangat mungkin mengalami kelelahan mental. Apalagi apa yang diperjuangkan berakhir pada kegagalan. Akibatnya, kelelahan mental pun menjadi-jadi.
Dalam keadaan seperti ini, orang membutuhkan jeda. Ya, perlu istirahat untuk beberapa waktu lamanya. Melupakan sejenak apa yang telah dilakukan. Menikmati refreshing yang menyegarkan.
Dengan demikian, rasa lelah itu lambat-laun akan berkurang. Bersamaan dengan itu akan terbit semangat baru untuk menyambut tantangan selanjutnya.
Jika Anda atau siapa pun mengalami kelelahan mental, maka harus mengambil jeda sejenak. Menikmati kesantaian, hiburan, atau benar-benar istirahat dengan menambah porsi tidur.
Ketujuh, terlalu lama bekerja di tempat sama.
Motivasi kerja bisa saja menurun lantaran orang terlalu lama bekerja di tempat yang sama dan melakukan pekerjaan yang sama bertahun-tahun. Melakukan pekerjaan yang monoton, pekerjaan rutin yang membosankan, bisa menyebabkan orang kehilangan semangat kerja.
Dalam keadaan seperti ini, jika memungkinkan, kita bisa dimutasi ke bidang atau bagian lain. Sebelum itu, sebaiknya dipersiapkan pengganti yang akan menangani pekerjaan tersebut. Hal ini penting untuk mempermudah pimpinan mengambil keputusan dalam memindahkan Anda dari posisi itu.
Bekerja terlalu lama di satu tempat dan jenis pekerjaan, sering menyebabkan orang didera rasa bosan yang sangat. Maka, peralihan tugas sangat diperlukan untuk penyegaran dan menumbuhkan semangat kerja baru.
Kedelapan, tidak selaras dengan passion.
Pekerjaan tidak sesuai dengan passion? Jika ini dialami, bukan mustahil orang tidak akan bekerja dengan baik. Tidak memiliki kegairahan kerja secara maksimal. Jika tanpa gairah dalam bekerja, kemungkinan terbesar yang terjadi adalah ketiadaan dorongan berprestasi. Hasil pekerjaannya pun akan sekadarnya saja, tidak bisa dibanggakan.
Nah, bagaimana kalau hal itu menimpa Anda? Yang bisa dilakukan adalah, pertama-tama, berusaha mencintai pekerjaan.
Setiap pekerjaan tentu memiliki aspek-aspek yang menarik, yang memberi tantangan bagi lahirnya kreativitas dan inovasi. Maka, Anda mesti mencoba melihat secara saksama, adakah bagian yang menarik dari pekerjaan yang Anda tangani yang membuat Anda termotivasi untuk berkreasi dan berprestasi.
Berupaya untuk mencintai pekerjaan dengan melihat hal-hal positif dari pekerjaan itu adalah salah satu cara. Cara lainnya yaitu dengan cara resign dari pekerjaan. Kalau tidak pindah ke bidang lain di dalam satu kantor, bisa pula memilih keluar dari pekerjaan perusahaan dan menemukan pekerjaan baru.
Jika memilih keluar, pastikan dulu Anda sudah diterima di pekerjaan baru, baru kemudian mengundurkan diri dari pekerjaan lama. Dengan begitu Anda akan merasa aman. Melepas pekerjaan lama dan memasuki pekerjaaan baru bisa berlangsung dengan mulus.
Semangat kerja yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik. Kinerja yang baik akan membuahkan prestasi dan karier yang baik juga. Selamat menata hati, menata prestasi, dan menata karier.
(I Ketut Suweca, 17 Januari 2022).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H