Mau menuliskan gagasan secara lebih detail dan spesifik, sungguh sesuatu yang rumit bagi sebagian orang. Ada yang mengeluh kepada saya, berkeluh tentang kesulitannya membuat hubungan antaralinea supaya menjadi harmonis dan mengalir.
"Saya akhirnya terlalu sering menggunakan kata-kata setelah itu, sesudah itu, lalu, dan maka, sehingga kalimat yang saya susun terasa kaku, kering, dan miskin." Begitu antara lain keluhannya.
Untuk menjadi penulis yang andal tentu saja mesti meningkatkan perbendaharaan kata agar apa yang dipikirkan dan dirasakan dapat dituangkan secara tepat: Â jelas, spesifik, dan detail.
Jika hanya berbekal sedikit kosakata, maka kita akan mengalami kesulitan dalam menuangkan ide. Kendati ada keinginan untuk menulis clear, tapi lantaran keterbatasan perbendaharaan kata, maka hasilnya pun tidak memuaskan.
Kedua, keterbatasan pengetahuan.
Setiap topik yang kita tulis harus didasari dengan pengetahuan tentang hal itu. Tidak mungkin kita bisa menulis suatu topik tertentu apabila kita tidak menguasainya dengan baik.
Ada filosofi yang mengatakan: untuk bisa memberi, kita harus memiliki. Kalau kita tidak memiliki, apa yang akan kita berikan?
Jadi, memiliki pengetahuan di bidang yang kita tulis mutlak diperlukan. Jangan pernah menulis, apalagi untuk dipublikasikan, sesuatu yang tidak kita kuasai dengan baik.
Untuk menguasainya, tentu saja tidak ada jalan lain kecuali belajar atau membaca dalam arti luas. Dengan rajin belajar, niscaya pengetahuan kita akan suatu hal akan terus berkembang dari waktu ke waktu. Kita akan semakin memahami bidang yang kita tekuni.
Penguasaan pada suatu bidang dengan baik memberi kita potensi untuk menuliskannya. Tinggal kita aktualisasikan ke dalam bentuk karya tulis.
Calon penulis atau penulis pemula sangat disarankan untuk menggali pengetahuan di suatu bidang sedalam-dalamnya dan/atau memperluas pengetahuan seluas-luasnya. Kita bisa memilih untuk menjadi penulis spesialis atau penulis generalis.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!