Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Itu Sesungguhnya Gampang atau Sulit Sih?

5 Oktober 2021   16:51 Diperbarui: 5 Oktober 2021   19:03 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis Itu Gampang atau Sulit? (Sumber gambar: iheartmylife.com)

Lalu-lintas perbincangan dan pertanyaan seputar dunia tulis-menulis seperti tiada habisnya. 

Pertanyaan yang muncul belakangan adalah: menulis itu gampang atau sulit sih? 

Terhadap pertanyaan ini, ada dua atau lebih jawabannya.

Jawaban yang ada di buku-buku motivasi menulis kebanyakan mengatakan bahwa menulis itu gampang atau mudah. Sebaliknya, orang pada umumnya -- bahkan termasuk para pelajar dan mahasiswa, mengatakan bahwa menulis itu sulit. Setiap jawaban memiliki argumennya sendiri-sendiri.

Nah, bagaimana menurut Anda, apakah benar menulis itu sulit? Apakah benar menulis itu mudah? Mari kita bahas lebih jauh.  

Menulis Itu Sulit

Saya sependapat dengan mereka yang mengatakan bahwa menulis itu sulit. Kesulitan menulis banyak dialami oleh mereka yang baru belajar menulis atau mengarang.

Para pemula di dunia penulisan pasti mengalami banyak kesulitan atau hambatan dalam upayanya menuangkan gagasan menjadi karya tulis yang baik.

Pertanyaannya, mengapa mereka mengalami kesulitan? Terdapat tiga faktor penyebabnya.

Pertama, keterbatasan perbendaharaan kata.

Mau menuliskan gagasan secara lebih detail dan spesifik, sungguh sesuatu yang rumit bagi sebagian orang. Ada yang mengeluh kepada saya, berkeluh tentang kesulitannya membuat hubungan antaralinea supaya menjadi harmonis dan mengalir.

"Saya akhirnya terlalu sering menggunakan kata-kata setelah itu, sesudah itu, lalu, dan maka, sehingga kalimat yang saya susun terasa kaku, kering, dan miskin." Begitu antara lain keluhannya.

Untuk menjadi penulis yang andal tentu saja mesti meningkatkan perbendaharaan kata agar apa yang dipikirkan dan dirasakan dapat dituangkan secara tepat:  jelas, spesifik, dan detail.

Jika hanya berbekal sedikit kosakata, maka kita akan mengalami kesulitan dalam menuangkan ide. Kendati ada keinginan untuk menulis clear, tapi lantaran keterbatasan perbendaharaan kata, maka hasilnya pun tidak memuaskan.

Kedua, keterbatasan pengetahuan.

Setiap topik yang kita tulis harus didasari dengan pengetahuan tentang hal itu. Tidak mungkin kita bisa menulis suatu topik tertentu apabila kita tidak menguasainya dengan baik.

Ada filosofi yang mengatakan: untuk bisa memberi, kita harus memiliki. Kalau kita tidak memiliki, apa yang akan kita berikan?

Jadi, memiliki pengetahuan di bidang yang kita tulis mutlak diperlukan. Jangan pernah menulis, apalagi untuk dipublikasikan, sesuatu yang tidak kita kuasai dengan baik.

Untuk menguasainya, tentu saja tidak ada jalan lain kecuali belajar atau membaca dalam arti luas. Dengan rajin belajar, niscaya pengetahuan kita akan suatu hal akan terus berkembang dari waktu ke waktu. Kita akan semakin memahami bidang yang kita tekuni.

Penguasaan pada suatu bidang dengan baik memberi kita potensi untuk menuliskannya. Tinggal kita aktualisasikan ke dalam bentuk karya tulis.

Calon penulis atau penulis pemula sangat disarankan untuk menggali pengetahuan di suatu bidang sedalam-dalamnya dan/atau memperluas pengetahuan seluas-luasnya. Kita bisa memilih untuk menjadi penulis spesialis atau penulis generalis.

Ketiga, kekurangan praktik menulis.

Menulis itu lebih banyak praktik karena merupakan suatu keterampilan. Kendati kita banyak  membaca buku-buku ilmu menulis, jika tidak pernah atau malas mempraktikkannya, ya, percuma saja.

Para penulis senior di dunia selalu mengingatkan generasi penulis yang lahir belakangan untuk senantiasa rajin berlatih menulis.

Harry Edward Neal, pernah mengatakan bahwa belajar di kelas dan juga dengan membaca buku, memberi Anda pelajaran tentang teknik penulisan, tetapi Anda harus ingat bahwa hanya Anda sendiri yang dapat mendidik diri Anda sendiri untuk menjadi seorang penulis.

"Tetapi, di atas segala-galanya, tulis, tulis, tulislah," imbuh Harry Edward Neal, penulis buku The Pennsylvania Colony ini.

Tidak ada sim salabim dalam dunia tulis-menulis. Yang ada hanyalah praktik menulis yang dilandasi oleh komitmen dan konsistensi.

Komitmen menyangkut janji kepada diri sendiri untuk bertekun di dunia tulis-menulis. Sedangkan konsistensi berkenaan dengan kesediaan untuk secara terus-menerus menekuni bidang ini, termasuk menghadapi segala kesulitan dan tantangan di sepanjang perjalanan.

Menulis Itu Gampang

Selanjutnya, mengapa menulis atau mengarang disebut pekerjaan yang mudah alias gampang?

Yang mengatakan ini pada umumnya adalah mereka yang sudah memiliki pengalaman panjang di dunia penulisan. Ia mungkin sudah banyak menulis artikel dan buku-buku berkualitas, fiksi atau nonfiksi.

Bagi mereka yang berasal dari kelompok ini, menuangkan ide ke layar laptop atau ke atas kertas bukan persoalan lagi. Mereka akan dengan mudah menuliskan gagasan-gagasan mereka. Tidak banyak kesulitan yang berarti yang bisa menghambat kerja mereka.

Sampai di sini, saya teringat dengan apa yang ditulis A.S. Laksana dalam buku Creative Writing-nya. Dalam buku tersebut, dia memuji novelis dan cerpenis terkenal yang dimiliki Indonesia, Budi Darma, mengenai kehebatan beliau dalam menuangkan gagasan ke dalam format cerita.

"Budi Darma memang jenis pengarang yang seolah tak mengalami kesulitan apa pun untuk merangkai kalimat dan menyusun paragraf. Bahkan, membangun cerita pun, entah novel, entah cerpen, entah artikel, tampaknya adalah persoalan sepele bagi dia. Setiap patah kata yang meloncat dari batok kepalanya -- celakanya, selalu enak, selalu tepat," papar A.S. Laksana.

Nah, menurut Anda, apakah Budi Darma memang dilahirkan untuk menjadi penulis hebat, tanpa perlu bersusah-payah berlatih?

Tentu saja tidak! Dapat dipastikan bahwa untuk sampai di taraf seperti digambarkan di atas, beliau pasti sudah melalui usaha keras dan proses berkarya yang panjang. Bukan tiba-tiba hebat, bukan tiba-tiba piawai menulis.

Apakah menulis itu gampang? Ya, gampang, apabila kita sudah berpengalaman dalam menulis. Sudah melalui proses jatuh-bangun dalam dunia tulis menulis: rajin menambah pengetahuan, memperbanyak kosakata, dan selalu praktik menulis secara rutin dan berkesinambungan.

Pada akhirnya saya berharap kita yang merasa menulis itu masih sulit tidak lekas putus asa lalu menghentikan upaya. Mari terus berusaha tanpa henti sampai pada akhirnya menulis menjadi kegiatan yang mudah dan menyenangkan.

( I Ketut Suweca, 5 Oktober 2021).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun