Apakah yang dimaksud dengan toxic people? Berdasarkan definisinya, toxic people adalah istilah yang diberlakukan pada orang-orang beracun atau orang yang suka menebarkan sikap dan perilaku negatif, yang suka menyusahkan atau merugikan orang lain di sekelilingnya.
Hubungan toksik (toxic) adalah hubungan yang membuat salah satu pihak merasa tidak didukung, direndahkan, atau diserang, bentuk tindakan negatif yang bisa memengaruhi kesehatan mental seseorang.
Memerhatikan Ciri-cirinya
Nah, sekarang coba perhatikan di sekeliling Anda. Adakah orang yang seperti digambarkan di atas: toxic people?
Lalu, apa ciri-ciri orang toksik itu dan bagaimana kita mesti menyikapinya agar tidak terpengaruh atau teperdaya olehnya? Mari kita bahas lebih lanjut.
Pertama, suka mengkritik.
Orang toksik adalah dia yang suka sekali mengkritik orang lain. Ia selalu mampu melihat kekurangan orang-orang di sekitarnya. Ada saja yang dikritiknya. Ia piawai menemukan kekurangan atau kelemahan orang lain, kendati tidak mampu melihat kekurangan dirinya sendiri.
Tepat sekali ungkapan "gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak", untuk orang-orang seperti ini.
Kendati orang berniat baik dan berbuat baik, di mata orang toksik selalu tampak negatif. Negativitas ini sudah menjadi bawaannya. Ia akan dengan mudah melihat kekurangan orang lain, lalu menyerang dengan kritik sekehendak hatinya. Jangan tanya soal sopan-santun, yang ada hanyalah pikiran dan sikap negatif.
Ia akan merasa bangga ketika mampu melihat dan membeberkan kekurangan atau kelemahan orang lain. Dengan cara demikian, ia akan merasa hebat, dan  merasa senang. Suka mengkritik adalah salah satu ciri umum toxic people.
Kedua, suka merendahkan orang lain.
Orang toksik senang sekali jika bisa merendahkan atau meremehkan orang lain. Ia sering bercerita mengenai kelemahan atau kekurangan orang lain.
Misalnya, ia melihat orang yang hidupnya berkecukupan. Bukannya kagum atau mengikuti jejak orang itu, melainkan ia akan 'menguliti' kesejahtetaan orang lain dengan prasangka-prasangka buruk.
Misalnya, ia mengatakan kekayaan orang tersebut karena warisan, padahal sebenarnya tidak. Dia bilang kekayaan hidup orang itu karena korupsi, padahal yang disebut adalah pribadi yang berintegritas. Demikian seterusnya.Â
Ketiga, suka bergosip.
Apakah pengertian gosip (gossip)? Menurut saya, gosip adalah obrolan tentang orang lain tentang segala sesuatu yang negatif dan tidak terbukti kebenarannya.
Nah, orang toksik doyan sekali yang satu ini: bergosip. Selalu ada saja topik yang digosipkannya, tentang si Dapdap atau si Kelor yang begini dan begitu. Ia selalu mempunyai waktu untuk berkumpul dengan gossiper-gossiper (penggosip). Ia larut dengan dunia pergosipan. Kesukaan bergosip menjadi cara baginya untuk bergaul.
Keempat, suka ngomong semaunya.
Orang toksik hanya suka ngomong doang! Bisa sampai berbih-buih kalau sudah mendapat kesempatan membicarakan kejelekan atau kekurangan orang lain.
Kebenaran dari omongannya? Jangan banyak berharap! Mungkin tukang obat di jananan lebih berisi dan positif omongannya daripada orang seperti ini.
Jangan tanya tentang pekerjaan. Ia bisa ngomong berbagai macam topik dan suka pula mengkritik, tetapi jangan harap dia akan tanggon dan trengginas dalam bekerja.
Terhadapnya ditimpakan stigma: si omdo. Orang yang senangnya omong doang, tapi kerjanya nol besar!
Kelima, sangat emosional.
Orang toksik pada umumnya memiliki temparamen emosional. Ia mudah tersinggung dan kalau sudah tersinggung, akan meledak emosinya.
Persoalan yang kecil dan sederhana bisa menjadi besar di tangannya. Emosinya labil dan cepat sekali tersulut. Orang berkata dengan maksud positif, ia akan menanggapi negatif.
Ia bagai orang yang melihat segala sesuatu dengan menggunakan kacamata buram. Apa yang dilihatnya hanyalah kekurangan pada orang lain. Sikap dan perilaku negatif ini dibawanya ke mana pun ia pergi dan bergaul.
Keenam, suka mengeluh.
Pribadi toksik suka mengeluhkan banyak hal. Bagi orang lain pada umumnya hal yang terjadi sebenarnya biasa dan normal saja, tetapi baginya pantas dikeluhkan.
Jika sedang di jalan, ia akan mengeluhkah perilaku orang lain di jalanan. Jika ada orang menyalip kendaraannya, misalnya, Â ia akan mengeluh bahwa orang tidak mau pelan-pelan. Kalau harus berhenti di lampu lalu-lintas, ia mengeluh bahwa lampu terlalu lama merah.
Di kantor, apa pun yang tidak tersedia, akan dikeluhkannya juga. Bahkan yang sudah ada pun dikeluhkannya, ya, kurang baguslah, kurang banyaklah, dan seterusnya.
Mengeluh baginya bagai lagu yang selalu ingat ia nyanyikan, di mana pun dan kapan pun. Tidak peduli tempat, tak peduli waktu.
Ketujuh, sering ingkar janji.
Kalau berjanji, pribadi toksik alih-alih menepati, ia memilih melanggarnya. Tidak ada rumus "janji itu harus ditepati", di dalam benaknya. Sebaliknya, baginya tidak mengapa kalau janji tidak ditepati!
Misalnya, ia berjanji akan ikut bepergian, tetapi sampai tiba saat keberangkatan, dia tidak berkabar. Ketika dihubungi berkali-kali, tidak nyambung. Dan, tiba-tiba ia menyatakan batal ikut karena ada kegiatan lain.
Cara Menghadapinya
Dalam pergaulan, baik di kantor maupun di lingkungan lainnya, mungkin saja kita akan menemukan orang dengan ciri-ciri tersebut di atas.
Menghadapi toxic people seperti ini diperlukan sejumlah cara agar tidak terbawa arus-nya. Pertama-tama, jangan pernah mengikuti permainan orang seperti ini. Artinya, usahakan tidak terlibat dalam perkataan atau perilakunya.
Selanjutnya, katakan 'tidak' untuk hal-hal yang tidak Anda setujui atau sepakati. Anda harus berani mengatakan tidak dengan tegas kepada orang-orang toksik. Jika sekali mengatakan ya, kemungkinan Anda akan terus terseret di dalamnya.
Jangan lupa, kurangi bergaul dengan pribadi toksik. Orang seperti ini memiliki negativitas yang bisa menular. Oleh karena itu, kurangi bergaul dengannya. Kalau pun harus berbicara, berbicaralah secukupnya saja.
Nah, itulah sekelumit bahasan sederhana mengenai toxic people dan cara menghadapinya. Semoga kita tidak menjadi bagian darinya sekaligus terhindar dari pengaruh negatifnya.
(Â I Ketut Suweca, 22 Mei 2021).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H