Kedua, suka merendahkan orang lain.
Orang toksik senang sekali jika bisa merendahkan atau meremehkan orang lain. Ia sering bercerita mengenai kelemahan atau kekurangan orang lain.
Misalnya, ia melihat orang yang hidupnya berkecukupan. Bukannya kagum atau mengikuti jejak orang itu, melainkan ia akan 'menguliti' kesejahtetaan orang lain dengan prasangka-prasangka buruk.
Misalnya, ia mengatakan kekayaan orang tersebut karena warisan, padahal sebenarnya tidak. Dia bilang kekayaan hidup orang itu karena korupsi, padahal yang disebut adalah pribadi yang berintegritas. Demikian seterusnya.Â
Ketiga, suka bergosip.
Apakah pengertian gosip (gossip)? Menurut saya, gosip adalah obrolan tentang orang lain tentang segala sesuatu yang negatif dan tidak terbukti kebenarannya.
Nah, orang toksik doyan sekali yang satu ini: bergosip. Selalu ada saja topik yang digosipkannya, tentang si Dapdap atau si Kelor yang begini dan begitu. Ia selalu mempunyai waktu untuk berkumpul dengan gossiper-gossiper (penggosip). Ia larut dengan dunia pergosipan. Kesukaan bergosip menjadi cara baginya untuk bergaul.
Keempat, suka ngomong semaunya.
Orang toksik hanya suka ngomong doang! Bisa sampai berbih-buih kalau sudah mendapat kesempatan membicarakan kejelekan atau kekurangan orang lain.
Kebenaran dari omongannya? Jangan banyak berharap! Mungkin tukang obat di jananan lebih berisi dan positif omongannya daripada orang seperti ini.
Jangan tanya tentang pekerjaan. Ia bisa ngomong berbagai macam topik dan suka pula mengkritik, tetapi jangan harap dia akan tanggon dan trengginas dalam bekerja.