Apalagi, misalnya, karyawan tersebut seorang introvert, maka ia cenderung akan bersikap diam dan tidak menyampaikan masalahnya kepada orang lain, termasuk kepada atasannya. Ia memendam permasalahannya sendiri tanpa ada upaya meminta pertimbangan dari siapa pun.
Kelima, ambil  keputusan.
Jika permasalahannya sudah jelas dan ternyata bisa diberikan jalan keluar, syukurlah. Permasalahan terpecahkan. Yang bersangkutan bisa kembali bekerja dengan baik sesuai dengan ketentuan.
Sang karyawan pun bisa mempertimbangkan dan menerapkan alternatif yang diberikan itu sehingga meringankan kesulitan atau bebannya.
Jika kemudian ternyata tidak juga ada perubahan, sang pemimpin mungkin bisa mencoba mendiskusikan lebih jauh dan menawarkan solusi yang lain yang barangkali lebih jitu. Syukur sang karyawan bisa berhasil keluar dari permasalahannya.
Nah, jika seluruh upaya yang dilakukan tidak juga berhasil, apalagi diketahui bahwa pada dasarnya yang bersangkutan seorang pemalas dan tidak mau berubah, yang sanksilah yang sebaiknya diberlakukan.
Sanksi dimaksud bisa teguran tertulis, penundaan kenaikan gaji, penurunan pangkat, hingga paling berat yaitu pemecatan. Tergantung pertimbangan dan aturan yang mendasarinya.
Yang perlu ditekankan adalah, jangan sampai seorang atasan atau pemimpin salah dalam mengambil langkah, apalagi menyangkut nasib karyawan -- dan keluarganya. Harus dipikirkan benar-benar setiap ganjaran yang hendak diberikan.
Kalau pun memberi sanksi, maka hendaknya sanksi itu dimaksudkan untuk menyadarkan, mendidik, menyemangatinya untuk berbuat baik setelahnya.
Yang fatal adalah menghukum atau memecat seseorang yang sesungguhnya tidak bersalah!
(Â I Ketut Suweca, 19 Mei 2021). Â