Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dear Leader, Jangan Hanya Menyalahkan Karyawan, Pertimbangkan Ini

19 Mei 2021   16:47 Diperbarui: 19 Mei 2021   17:15 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi persoalannya, sudah tepatkah tindakan yang diambil itu? Tidakkah masih diperlukan penggalian lebih dalam? Tidakkah diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain?

Inilah bagian sulitnya, bagian yang harus dipertimbangkan benar-benar oleh siapa pun yang berpredikat sebagai pemimpin (leader).

Seorang pemimpin yang baik, pada tingkatan mana pun ia berada, biasanya akan melakukan sejumlah upaya untuk mengatasi masalah seperti ini sebelum mengambil keputusan akhir.

Ia harus menelusuri alasan yang sesungguhnya mengapa karyawan mangkir atau terlambat masuk kantor atau melakukan pelanggaran lainnya.

Seperti si Leo pada kasus di atas, sang atasan seyogianya menanyakan lebih jauh mengapa sering terlambat.

Hal ini penting untuk mengetahui apakah yang bersangkutan memang dasarnya seorang pemalas atau lantaran ada hal tertentu yang tidak bisa dihindarinya sehingga ia terpaksa terlambat.

Hal-hal yang menjadi alasan inilah yang seharusnya ditelusuri oleh atasan. Ia harus dapat mengetahui dengan sebenar-benarnya mengapa karyawan atau staf bertindak seperti itu.

Lebih detailnya, apa yang harus dilakukan seorang leader menghadapi karyawan yang seperti itu?

Pertama, jangan emosional. 

Hindari kemarahan yang diekspresikan dengan sikap dan kata-kata yang tidak enak didengar. Pemimpin mesti bersabar menghadapi persoalan seperti ini.

Kemarahan atau sikap emosional hanya akan menjadi boomerang baginya. Tidak akan mendapatkan jawaban maksimal dan bisa jadi berakibat terbalik, karyawan dimaksud akan melakukan pembelaan terhadap apa yang dilakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun