Mohon tunggu...
Ben Siadari
Ben Siadari Mohon Tunggu... profesional -

For today and its blessings, I owe the world an attitude of gratitude

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berburu Mie Lidi ke Pasar Senen

23 Februari 2011   02:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:21 4888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak mahal kok Pak. Dari pabriknya aja Rp10 ribu sekilo…..”

Saya tersenyum. Jelas sudah, dari logat bicaranya anak muda di hadapan saya pasti dari bona pasogit sana. Karena itu –biasa lah—pendekatan kultural harus dicoba dalam situasi seperti ini. Saya melancarkan diplomasi gombal ala Sarimatondang.

Ah, di kampung kami mie lidi nggak semahal itu…..”

Jangan dibandingkan dengan di kampung lah Pak. Di sana kita nggak perlu naik bis kemana-mana. Jalan kaki juga bisa.”

Saya terdiam. Boleh juga jawabannya.

Marga apa rupanya lae,” tanya saya, mencoba mencari celah untuk mencari tali-temali kekerabatan atau lazim disebut partuturan.

Gurning,” jawabnya.

Ah, kalau begitu aku harus panggil Amangboru. Jangan mahal-mahal lah bikin harganya,” kata saya. Ketika mendengar marga yang disebutkannya, saya langsung ingat pada amangboru saya bermarga sama. Itu lah sebabnya saya merayu dia dengan memanggilnya Amangboru.

Bapak rupanya marga apa?” tanya dia.

Siadari.”

Wah, baru dengar. Masuk ke mana marga itu?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun