Kelima, Ayo jujur!, rasanya setelah lebaran ini ada pola makan, tidur, dan berpikir yang berbeda dari hari-hari biasanya. Tidak heran, kita akan merasa lebih cepat mengantuk, lelah, dan badan rasanya kaku semua dengan menyalahkan kolesterol dan asam urat sebagai penyebabnya.
Belum lagi ada beberapa tugas kantor yang belum diselesaikan, seperti para guru yang mengajar para murid di tahun terakhir. Pada pasca lebaran, pikiran mereka masih terbelah di hari raya karena harus segera menyelesaikan tugasnya mulai e-rapot, pengolahan nilai ujian tulis dan nilai praktik ujian sekolah sebelum dinyatakan lulus di bulan April ini juga.
Juga, pikiran menjadi gamang karena harus mulai berhitung kondisi neraca keuangan yang rasanya, pengeluaran sudah lebih besar daripada pemasukan dari gaji plus THR ( Tunjangan Hari Raya) yang sudah kita terima di awal dan pertengahan bulan ramadan di hari pasca lebaran ini.
Baca Juga : "I Hate Monday", Satu Indikator dari Post Holiday Blues dan Solusinya
Apalagi murid atau anak didik, mereka setelah liburan bulan Ramadan ini dan pasca lebaran, harus segera kembali untuk masuk sekolah. Pasti ada keengganan dan bisa diduga sedikit ada pengaruh dari Syndrome Post Holiday Blues. dalam pikiran dan perasaannya.
Solusinya bagaimana?
Sudahlah, daripada menjadikan pemikiran yang malah bisa membuat diri kita sakit dan bisa terserang penyakit stroke, mending berpura-pura bahagia sajalah dan tunjukkanlah di pose saat kita sedang di foto bersama dengan tertawa lebar.
Syukur, sambil berteriak, "Ayo! Tersenyum lebar! Mari kita semua untuk berpura-pura bahagia!!", daripada hanya bilang 'Satu, dua, tiga!', atau "Cheese", hanya biar terlihat tersenyum dan tampak bahagia.
Artikel ditulis untuk Kompasiana.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H