Karena itulah, menurutnya, orang dewasa yang berada di sekitar anak dan remaja harus memperbarui informasi mengenai modus-modus yang berpotensi menjebak mereka dari kejahatan media sosial.
Lebih dari itu, sambungnya tugas terberat orangtua saat ini sebisa mungkin berdialog dengan anak mereka sehingga mau terbuka dan bercerita.
"Kalau mengawasi media sosial anak sulit. Karena bisa saja mereka punya akun lebih dari satu."
Bagi anak dan remaja yang diajak bertemu oleh kenalan baru di media sosial, Devie menyarakan agar berhati-hati.
Sebaiknya ketika bertemu tidak sendirian dan mengajak orang lain.
Lokasi pertemuannya pun harus di tempat ramai serta mengirimkan lokasi terkini ke orang lain.
"Jangan mau kalau diajak ke kamar indekos atau hotel. Share lokasi kalau tiba-tiba kenapa-kenapa ada jejak yang bisa dilaporkan ke polisi."
Komnas Perempuan: Kekerasan berbasis gender di medsos meningkat
Komisioner Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin, menuturkan tanggung jawab pencegahan tak semata dilimpahkan pada orang dewasa di sekitar anak dan remaja, namun juga pengelola aplikasi percakapan.
Mereka harus memberikan tanda peringatan bagi penggunanya ketika berkomunikasi dengan orang tak dikenal, kata Mariana.
"Tanda peringatan itu, misalnya, jagalah kerahasiaan kontak pribadi atau hati-hati dengan kontak yang tak dikenal," imbuh Mariana kepada BBC News Indonesia.