"Istri bapak mengalami kecelakaan, saat ini sedang dilarikan ke rumah sakit. Bapak bisa segera ke rumah sakit saja untuk menyusul."Â
Bagaimana tidak kalut dia saat handphone istrinya menelepon namun justru petugas medis yang berbicara.Â
Sampai di rumah sakit Hamzah melemah, ia melihat sang istri terdiam diatas brankar yang tengah di dorong dengan kepala bercucuran darah dan kakinya entah apa yang terjadi kakinya terbalut kain yang bahkan ikut memerah. Ia kini terduduk di depan ruang operasi mondar-mandir sambil menggigit jari. Sesekali ia terduduk sambil memegang keningnya. Sekujur tubuhnya bergetar, sudah tak perduli pada air mata yang bahkan hampir mengering. Ia hanya berharap sang istri tersadar.Â
Beberapa jam berlalu istrinya sudah keluar dari ruang operasi ia menatap sang istri yang masih belum sadar dan menggenggam erat tangan istrinya sambil mengikuti brankar operasi berjalan menuju rawat inap. Berjam-jam ia menunggu istrinya tertidur. Ia hanya duduk setia di samping istrinya. Rasanya seakan hampir kehilangan hidupnya. Ia sudah bertanya pada perawat akan keadaan istrinya yang sampai saat ini belum juga terbangun. Dikatakan perdarahan pada kepalanya cukup banyak maka dari itu kesadarannya akan cukup lama.Â
Hilir mudik para kerabat menjenguk Alin tanpa kesadaran yang dijenguk, hanya bercakap-cakap dengan Hamzah.Â
"Bude, kenapa tidak bareng sama Jihan tadi kesini nya?" Sapa Hamzah pada perempuan tua yang masih saja terlihat bugar dengan sang suami di sampingnya.
"Hohoho, kami mau beromantisasi masa tua." Ucap sang suami yang memang sok puitis.Â
"Monggo-monggo duduk dulu, mohon maaf duduk di bawah karena tidak ada kursi ini."Â
"Wes le, tidak usah repot-repot kamu duduk o sini." Ucap Bude sambil melarang Hamzah mengeluarkan segala kletikan untuk disuguhkan pada tamunya.Â
Seperti yang lain Hamzah menceritakan kronologi kecelakaan Alin yang ia dengar dari saksi dan polisi. Ia bersyukur bahwa Alin ditangani orang yang paham kalau tidak mungkin kakinya tidak terselamatkan karena patah tulangnya tak terlihat.Â
"Le, kamu itu suami yang baik. Tidak salah Pakde menjodohkan mu dengan ponakan tersayangnya." Ucap Bude di sela-sela perbincangan