“Baiklah oh baiklah. Naiklah ke punggungku, aku antar kau ke rumahmu,” jawab kancil malas.
Mereka kemudian berangkat menuju rumah Timun Mas. Sekitar 40 menit kemudian, Timun Mas sadar bahwa dia tidak sedang pergi menuju rumahnya.
“Loh, kenapa kita ke sini, Cil? Inikan rumahnya Pak Seto,” tanya Timun Mas.
“Iya, kita mampir dulu ke kebun Pak Seto,” jawab kancil.
“Eeeh? Mau apa kita ke sini? Jangan macam-macam!”
“Eheheheheheh,” kancil tertawa seperti Suneo, “Kita makan dulu buah dan sayur di kebun Pak Seto. Ada tomat, jambu, mangga, pisang, dan juga, ehehehehe, timun. Buah dan sayur di sini segar dan enak.”
“Tidak mau! Saya ingin cepat pulang ke rumah untuk sholat dhuhur dan makan siang bersama Ayah dan Ibu! Huhuhu...,” Timun Mas duduk dan menangis, sementara kancil sibuk mencuri dan makan buah dan sayur di kebun Pak Seto.
***
Di rumah Timun Mas, Ayah dan Ibu mulai khawatir.
“Kenapa Timun Mas belum pulang ya, Pak? Padahal sudah kita beri tahu untuk pulang sebelum adzan dhuhur dan makan bersama, kalau sup ayamnya dingin kan tidak enak,” tanya Ibu cemas.
“Iya, Ayah juga waswas. Baiklah, coba Ayah cari ke Balai Desa ya, Bu,” kata Ayah sambil bersiap keluar rumah.