Mohon tunggu...
Dwi Widowati
Dwi Widowati Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di SMPN 2 Losari Cirebon

Long life education

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bidadari Bersepeda Butut

22 September 2022   20:11 Diperbarui: 22 September 2022   20:27 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitulah, sejak saat itu Eli terkenal dengan julukan gadis pembrondol. Awalnya Eli merasa jengah, namun lama-kelamaan dia tidak perduli. Ia menganggapnya itu sebagai angin lalu saja. Ketegaran yang dimiliki oleh ibunya telah menurun padanya.

****

            Siang itu matahari bersembunyi di balik awan hitam. Udara sejuk berhembus. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Sekolah telah usai. Eli bergegas mengayuh sepedanya, ingin segera sampai di rumah. Dia tidak mau kehujanan, selain juga karena perutnya sudah lapar dari tadi. Sepiring rujak kangkung bumbu petis buatan ibunya yang super lezat sudah menari-nari di pelupuk matanya. Dia menahan agar air liurnya tidak menetes.

BRAAKKKK !!!!

Sebuah sepeda motor yang melaju kencang di depannya tiba-tiba slip dan terjatuh.

Pengendaranya tidak sadarkan diri. Kepalanya menghantam aspal yang keras, karena dia tidak mengenakan helm. Bergegas Eli menghampirinya.

“A..a..a..Anita?!”

Betapa terkejutnya ketika melihat wajah korban itu, ternyata dia adalah si sombong. Darah segar merembes di antara helai rambut Anita. Tanpa berpikir panjang, Eli segera mencari bantuan. Dipanggilnya tukang becak yang sedang mangkal tak jauh dari lokasi kejadian. Tubuh Anita segera diangkut dengan kendaraan beroda tiga itu menuju puskesmas.

****

Para tim medis bergerak cepat menolong Anita. Luka terparah ada di bagian kepalanya, mereka membuat lima jahitan di sana. Untungnya tidak sampai gegar otak. Anita masih belum siuman dan berada di ruang perawatan. Eli dengan setia menjaganya, duduk di samping ranjang pasien. Mulutnya tak henti memanjatkan doa untuk kesembuhan Anita. Tiba-tiba pintu terbuka. Masuklah sepasang suami isteri dengan tergopoh-gopoh.

            “Anita anakkuuu..!!!” Tangis ibu Anita pun pecah. Sementara ayah Anita pun tidak kalah sedihnya. Kedua orang itu terlihat amat kalut dan panik. Beberapa saat suasana seperti dalam sinetron. Eli menggigit bibirnya, menahan tangis agar tidak ikut tumpah. Tiba-tiba, “Mama....papa...” terdengar suara Anita. Meski terdengar lirih karena masih sangat lemah namun mampu membuat semua orang yang hadir di ruangan itu terkejut, Anita siuman !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun