“Kesehatan mental pada remaja perlu menjadi perhatian para orang tua. Sebab, seseorang yang mengalami gangguan mental bisa jadi salah satu faktor yang dapat memicu berbagai masalah, termasuk depresi dan bunuh diri.”
Apasih pentingnya menjaga kesehatan mental? Menjaga kesehatan mental penting karena memengaruhi kesejahteraan umum, kinerja sehari-hari, dan hubungan interpersonal. Kesehatan mental yang baik memiliki dampak positif yang luas, termasuk meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan kebahagiaan. Selain itu, menjaga kesehatan mental dapat membantu mengurangi risiko gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan. Aspek ini juga memainkan peran penting dalam menjaga kualitas hubungan sosial, bekerja sama dalam tim, serta mengatasi tantangan hidup dengan lebih efektif. Sebaliknya, ketidakseimbangan dalam kesehatan mental dapat berdampak negatif pada fungsi fisik, emosional, dan sosial seseorang, yang akhirnya dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan mereka.
"Kena mental lu" kata-kata ini sering terdengar pada anak-anak remaja zaman sekarang, untuk membully maupun melemahkan lawan bicara. Namun hal ini sepertinya sudah menjadi trend di kalangan remaja sekarang. Kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang meninggalkan dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang.
Remaja kelompok usia yang rentan mengalami berbagai perubahan emosional dan psikologis yang signifikan. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental remaja menjadi suatu kebutuhan yang mendesak. Kesehatan mental yang baik dapat berkontribusi pada kemampuan remaja dalam menghadapi tekanan, mengatasi masalah, dan menjalin hubungan sosial yang sehat.
Kesehatan mental atau jiwa menurut undang-undang nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Hal itu juga berarti kesehatan mental mempunyai pengaruh terhadap fisik seseorang dan juga akan mengganggu produktivitas. Kesehatan mental sangat penting untuk menunjang produktivitas dan kualitas kesehatan fisik. Ganguan mental atau kejiwaan bisa dialami oleh siapa saja. Data Riskesdas (riset kesehatan dasar) 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia atau setara dengan 11 juta orang.
Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2%. Depresi berat akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri ( selfharm ) hingga bunuh diri. Sebesar 80 – 90% kasus bunuh diri merupakan akibat dari depresi dan kecemasan. Kasus bunuh diri di Indonesia bisa mencapai 10.000 atau setara dengan setiap satu jam terdapat kasus bunuh diri. Menurut ahli suciodologist 4.2% siswa di Indonesia pernah berpikir bunuh diri. Pada kalangan siswa sebesar 6,9% mempunyai niat untuk bunuh diri sedangkan 3% lainnya pernah melakukan percobaan bunuh diri. Depresi pada remaja bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti tekanan dalam bidang akademik, perundungan ( bullying ), faktor keluarga, dan permasalahan ekonomi.
Terganggunya kesehatan mental dapat juga membuat seseorang depresi salah satu cirinya adalah dengan stres dan kecemasan yang menyebabkan terhambatnya aktivitas dan menurunnya kualitas fisik. Pencegahan depresi dapat dilakukan dengan pengelolaan stres. Pengelolaan stres masing-masing individu berbeda, ada yang mengelola stres dengan melakukan kegiatan yang disukai seperti hobi, melakukan kegiatan refreshing , mendekatkan diri dalam konteks spiritual keagamaan, hingga bercerita kepada orang lain untuk mengurangi beban stres. Terlepas dari stigma masyarakat, keberanian diri untuk terbuka terhadap orang lain dan berobat merupakan salah satu langkah yang tepat. Di era digital seperti sekarang banyak platform yang meyediakan layanan konsultasi secara berani dengan biaya maupun gratis. Selain itu, beberapa puskesmas telah menyediakan layanan konsultasi psikologi dengan biaya gratis maupun berbayar dengan harga terjangkau.
Akan tetapi pemahaman akan kesehatan mental di Indonesia cenderung rendah . Hal ini dibuktikan dengan tingkat pemasungan orang dengan gangguan jiwa sebesar 14% pernah pasung seumur hidup dan 31,5% dipasung 3 bulan terakhir. Selain itu sebesar 91% masyarakat Indonesia yang mengalami gangguan jiwa tidak tertangani dengan baik dan hanya 9% sisanya yang dapat tertangani. Tidak ditangani dengan baik bisa menjadi indikasi akan berkurangnya fasilitas kesehatan mental ditambah kurangnya pemahaman akan kesehatan mental. Masyarakat cenderung memberi stigma negatif terhadap orang dengan gangguan mental atau jiwa yaitu dengan mencela dan berasumsi sebagai aib, menganggap akan menjadi orang gila. Selain itu masyarakat yang kurang paham akan tanda-tanda gangguan mental seperti depresi, yang mana depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang paling sering ditemukan. Hal ini menyebabkan orang dengan kesehatan mental yang terganggu cenderung susah membuka pengobatan dan malah merasa lebih tertekan akan stigma masyarakat. Hendaknya masyarakat lebih terbuka dan peka akan mengganggu kesehatan mental disekitarnya. Masyarakat bisa menjadi pendengar bagi orang yang mengalami depresi maupun stres sebagai upaya meringankan beban mental.
Kesehatan mental pada remaja dapat mempengaruhi masa depan dirinya sendirisebagai individu, dan berdampak pada keluarga hingga masyarakat. Oleh karena itu, kekhawatiran ini berkembang baik untuk institusi kesehatan dan akademi peneliti. Kesehatan mental yang baik bukan hanya dilihat dari tidak adanya masalahkesehatan mental yang positif, melainkan berhubungan dengan kesejahteraanseseorang.
Untuk mengetahui kesehatan mental anak, penting untuk melihat faktor dalamdiri anak, keluarga dan lingkungan. Faktor dalam diri anak seperti faktor genetik,temperamen, dan kesehatan fisik perlu diamati. Faktor dari keluarga meliputi polaasuh orang tua serta kelekatan anak terhadap orang tua. Teori kelekatan dari John Bowlby (1969) menampilkan bahwa anak-anak perlumembangun ikatan yang aman dengan pengasuh utama mereka di masa kecil (Kerjasama, 2005). Ikatan yang aman ini penting untuk membangun kepercayaan danrasa aman. Dengan adanya kedua hal tersebut, mereka dapat belajar dan melakukaneksplorasi terhadap dunia di sekitar mereka dengan percaya diri dan tanpa ketakutanyang berlebihan. Pola pengasuhan orang tua sangat berpengaruh terhadap rasa aman anak.Adanya peraturan yang berlebihan, tuntutan yang tidak realistis, kebebasan tanpabatasan aturan, dan pola komunikasi yang tidak didasarkan pada alasan-alasan mengapapesan tersebut harus dilaksanakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadapkesehatanmental anak.