Negosiasi dalam kehidupan sehari-hari misalnya tawar-menawar antara penjual dan pembeli, pembagian warisan dalam suatu keluarga, dan dalam pengurusan hak-kewajiban serta hak asuh anak dalam konflik perceraian antara suami dengan istri.
Negosiasi dalam organisasi misalnya wawancara dalam merekrut tenaga kerja baru antara pihak perusahaan dengan calon karyawan, membuat suatu kesepakatan bisnis antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain (Contohnya Gojek dengan Telkomsel, Apple dengan IBM), dan dalam memprospek nasabah atau client yang dilakukan oleh pihak perusahaan dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
Semakin seseorang terampil dan menguasai teknik negosiasi, semakin besar usahanya membuahkan hasil yang besar. Namun dalam kenyataannya, melaksanakan negosiasi ini tidak mudah. Negosiator perlu menyiapkan diri sebaik-baiknya sebelum melakukan negosiasi. Karena negosiasi yang dilakukan mungkin akan berlangsung tidak sesuai dengan prediksi sebelumnya, masing-masing pihak ingin mempertahankan tuntutannya, sehingga terdapat perbedaan pandangan yang tajam.
Bila para negosiator mengalami keadaan ini, tentu situasi komunikasi menjadi penuh ketegangan, atau dapat mengarah pada kebutuhan komunikasi, atau keretakan hubungan. Untuk menjadi seorang power negotiator harus memiliki keberanian untuk menggali lebih banyak informasi. Negosiator yang buruk selalu enggan menanyakan apapun yang dikatakan pihak lawan, jadi mereka hanya menegosiasikan apa yang telah dikatakan oleh pihak lawan.
Penulis adalah mahasiswa Magister Ilmu Manajemen FEB USU Angkatan Genap 2020/2021.
Terima kasih atas bimbingan yang diberikan dosen Program Studi Magister Manajemen Ilmu Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Elisabet Siahaan,SE., M.Ec.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H