Dalam memahami konflik, perlu kita ketahui jenis konflik yang terjadi. Jenis konflik terbagi menjadi tiga, yaitu konflik tugas, hubungan, dan proses. Konflik tugas adalah konflik tentang kandungan tugas dan tujuan dari pekerjaan. Sedangkan konflik hubungan adalah konflik yang didasarkan pada hubungan interpersonal. Sementara itu konflik proses terkait mengenai bagaimana pekerjaan akan diselesaikan.
Dari ketiga jenis konflik tersebut, konflik hubungan adalah konflik yang sebaiknya dihindarkan. Karena konflik ini setidaknya dalam penetapan pekerjaan, hampir selalu merupakan konflik disfungsional. Terlihat bahwa gesekan dan permusuhan interpersonal sangat melekat dalam konflik hubungan yang meningkatkan bentrokan kepribadian, serta menurunkan tingkat saling memahami antar sesama. Sehingga menghambat penyelesaian dari tugas organisasi. Selain itu, konflik ini juga terlihat paling melelahkan secara psikologis bagi individu. Sementara itu untuk konflik tugas dan konflik proses, para ahli masih belum sepakat apakah konflik ini lebih merupakan konflik fungsional ataupun disfungsional.
Setelah memahami jenis-jenis konflik, kita juga perlu memahami lokus atau di mana konflik itu terjadi. Ada tiga tipe dasar dalam lokus konflik. Yang pertama adalah konflik dyadic yaitu konflik yang terjadi antara dua orang. Contohnya ialah konflik antara atasan dan bawahan (supervisor dan marketing staff) dan konflik antara sesama rekan kerja (sesama customer service).
Yang kedua adalah konflik intragroup yaitu konflik yang terjadi dalam sebuah kelompok atau tim. Contohnya ialah konflik dalam tim keuangan (perpajakan dan bendahara) dan konflik dalam tim HC/GA dalam melakukan rekrutmen tenaga kerja baru. Sementara yang terakhir adalah konflik antarkelompok yang merupakan konflik di antara kelompok atau tim yang berbeda. Contohnya ialah konflik antara bagian keuangan dengan bagian pemasaran dan konflik antara bagian produksi dengan bagian pengawasan.
Proses Konflik
Konflik merupakan proses yang dinamis, bukannya kondisi statis. Konflik memiliki awal, dan melalui banyak tahap sebelum berakhir. Para ahli berpendapat ada banyak pendekatan yang baik untuk menggambarkan proses suatu konflik.
Proses pertama adalah Latent Conflict (konflik terpendam). Merupakan kondisi yang berpotensi untuk menyebabkan atau mengawali sebuah konflik. Terkadang tindakan agresif dapat mengawali proses konflik. Latent Conflict dapat tidak terlihat, tidak begitu jelas di permukaan. Perlu diingat bahwa kondisi-kondisi ini belum tentu mengawali proses suatu konflik.
Proses kedua terjadi saat konflik mulai dirasakan (Perceived Conflict). Pada tahap ini, para pihak harus menyadari bahwa mereka dalam keadaan terancam dalam batas-batas tertentu. Tanpa rasa terancam ini, salah satu pihak dapat saja melakukan sesuatu yang berakibat negatif bagi pihak lain, namun tidak disadari sebagai ancaman.
Proses selanjutnya adalah Felt Conflict (merasakan konflik). Hal ini terjadi karena persepsi berkaitan erat dengan perasaan. Jika orang merasakan adanya perselisihan baik secara aktual maupun potensial, ketegangan, frustasi, rasa marah, rasa takut, maupun kegusaran akan bertambah. Di sinilah mulai diragukannya kepercayaan terhadap pihak lain, sehingga segala sesuatu dianggap sebagai ancaman, dan orang mulai berpikir bagaimana untuk mengatasi situasi dan ancaman tersebut.
Proses keempat adalah Manifest Conflict (konflik nyata). Persepsi dan perasaan menyebabkan orang untuk bereaksi terhadap situasi tersebut. Bentuk reaksi yang mungkin muncul pada tahap ini adalah berbagai argumentasi, tindakan agresif, atau bahkan munculnya niat baik yang menghasilkan penyelesaian masalah yang konstruktif.
Yang kelima adalah Conflict Resolution (hasil suatu konflik). Conflict resolution dapat muncul dalam berbagai cara. Para pihak mungkin mencapai persetujuan untuk mengakhiri konflik. Mereka bahkan mungkin mulai mengambil langkah-langkah untuk mencegah terulangnya konflik di masa yang akan datang. Tetapi terkadang terjadi pengacuan dari konflik itu sendiri. Hal ini terjadi jika para pihak menghindari terjadinya reaksi yang keras, atau mencoba mengacuhkan begitu saja ketika terjadi perselisihan. Konflik dapat dikatakan selesai jika satu pihak berhasil mengalahkan pihak yang lain.