Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan dengan aktif atau sering kita sebut dengan menyimak. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra  bicara. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee. Kemampuan mendengarkan aktif atau menyimak perlu dilatih untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh coachee dan memahami keseluruhan makna yang bahkan tidak terucapkan.
  Ada tiga hal yang biasanya menghambat kita mendengarkan aktif, yaitu: (1) Asumsi, sudah mempunyai anggapan tertentu tentang suatu situasi yang belum tentu benar.(2) Melabel/Judgment, memberi label/penilaian pada seseorang dalam situasi tertentu. (3) Asosiasi: mengaitkan dengan pengalaman pribadi.
3. Mengajukan Pertanyaan Berbobot
Dalam melakukan percakapan coaching ketrampilan kunci lainnya adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.
 Selanjutnya dalam praktik melaksanakan coaching, kita dapat menggunakan alur TIRTA. Alur TIRTA ini merupakan akronim dari langkah-langkah percakapan coaching yang terdiri dari Tujuan,Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung jawab.
Alur TIRTA ini dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will.(1) Goal /Tujuan: coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,(2) Reality /Hal-hal yang nyata: proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,(3) Options /Pilihan: coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.(4) Will /Keinginan untuk maju: komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.
Alur percakapan coaching TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching untuk memfasilitasi rekan sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan bijaksana secara mandiri. Â Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk pengembangan diri dan membangun kemandirian. Melalui alur percakapan coaching TIRTA, kita diharapkan dapat melakukan pendampingan baik kepada rekan sejawat.
 Berdasarkan tujuan dan pentingnya supervisi akademik di atas maka seorang pemimpin tentunya perlu memiliki keterampilan coaching. Dengan memahami paradigma berfikir coaching, prinsip coaching, kompetensi inti coaching, percakapan berbasis coaching melalui alur TIRTA diharapkan seorang pemimpin mampu melakukan supervisi akademik secara lebih efektif agar tepat sasaran dan tujuan dengan semangat yang memberdayakan bukan lagi untuk mengevaluasi.Â
Dengan semangat memberdayakan potensi semua indivudu, mari kita bergerak tergerak dan menggerakkan dengan mempraktikan teknik coaching dengan memperhatikan paradigma berfikir coaching, prinsip coaching, kompetensi inti coaching, percakapan berbasis coaching melalui alur TIRTA dalam supervisi akademik yang dilakukan oleh seorang pemimpin agar proses yang dilakukan dapat mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid...Semoga Allah memberikan kemudahan...Aamin ya Allah ya Robbalalamin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H