Mohon tunggu...
Dwi Elyono
Dwi Elyono Mohon Tunggu... Freelancer - Penerjemah

Suka menjaga Lawu Email: dwi.elyono@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ki Ageng Giring, Sang Kuncara ~ Sebuah Perjalanan ke Selatan bersama Profesor George Quinn

13 Maret 2024   10:49 Diperbarui: 13 Maret 2024   10:59 2051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Ganjar membangun sebuah rumah di Sleman, Yogyakarta, dan memilih tinggal di situ daripada tinggal di pusat kekuasaan di Jakarta, sebagaimana Ki Ageng Giring yang lebih memilih tinggal di Sodo, daripada di pusat kekuasaan Kotagede, Kerto, atau Pleret. Tapi mungkin 7 generasi keturunan pada Ki Ageng Giring sebanding dengan 5 masa pada Ki Gede Ganjar Pranowo."

"Lima masa? Pleret? Kalau begitu, sesuai rencana kita, setelah ini, kita ke Pleret."

"Ke Pleret, Pak George .. tempat Amangkurat pernah berkuasa itu."

"Betul. Kita ke sana, mencari Kuncara."

Mas Fandi mengantar kami kembali ke pusat kekuasaan, ke Pleret, meninggalkan desa Sodo yang tentram dan sederhana tempat Ki Ageng Giring pernah bertirakat dan berkehidupan menderes aren. Keraton Amangkurat di Pleret sudah tidak ada lagi. Keraton Sultan Agung di Kerto juga sudah menghilang. Semuanya sirna ditelan bumi.

Kami meneruskan perjalanan ke selatan, mencari Kuncara.

Pak George, turun perlahan dari mobil, di depan sebuah toko buku sederhana. Ada sebuah plang kecil sederhana di depannya, bertuliskan KUNCARA. Tiba-tiba seorang ibu bergegas keluar, menyambut sang pengembara sejati,

"Waah ngipi apa saya? Ini .. ini .. Prof Quinn ya?"

"Lhoo .. kok Ibu tahu saya?" tanya Pak George.

Ternyata sang pemilik toko, Ibu Sri Wijayati, adalah seorang sastrawati Jawa, penulis geguritan, dan pensiunan guru SD. Dalam sekejap Pleret yang muram berubah ceria. Seorang sastrawati Jawa bertemu seorang ahli Jawa. Sang kuncara bertemu sang pengembara sejati.

Buku adalah sumber pengetahuan. Kuncara bermakna 'terpandang karena sikap dan perilaku luhur'. Kerto melambangkan keberanian melawan penindasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun