Mohon tunggu...
Dwi Eka Adhariani
Dwi Eka Adhariani Mohon Tunggu... Penulis - Universitas PTIQ

Pendidikan Anak Usia Dini

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Aksiologi Sebagai Cara Mengetahui Nilai (Antara Etika dan Estetika serta Moralitas dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Islam)

7 Desember 2024   15:25 Diperbarui: 7 Desember 2024   16:15 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data menunjukkan bahwa lembaga pendidikan yang berhasil mengintegrasikan etika, estetika, dan moralitas dalam kurikulum mereka memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Menurut laporan dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) pada tahun 2022, sekolah-sekolah yang menerapkan pendekatan holistik ini memiliki rata-rata nilai akreditasi 90,5, jauh di atas rata-rata nasional sebesar 75 (BAN-S/M, hal. 25, 2022). Ini menunjukkan bahwa pendekatan sinergis ini sangat efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Contoh penerapan sinergi ini dapat dilihat pada program pendidikan di Pondok Pesantren yang menggabungkan pengajaran agama, etika, dan seni. Di pesantren tersebut, siswa diajarkan untuk menghargai keindahan dalam ibadah dan tindakan sehari-hari, sehingga mereka tidak hanya memahami nilai-nilai moral dan etis, tetapi juga merasakan keindahan dalam praktik keagamaan mereka. Hal ini sejalan dengan pandangan Syahrur (2018) yang menekankan pentingnya integrasi nilai-nilai dalam pendidikan untuk menciptakan individu yang seimbang secara spiritual dan moral.

Dengan demikian, sinergi antara etika, estetika, dan moralitas dalam manajemen pendidikan Islam tidak hanya memperkaya pengalaman belajar siswa, tetapi juga membentuk karakter yang kuat dan bertanggung jawab. Ini adalah langkah penting menuju penciptaan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas dan kepedulian sosial yang tinggi.

e. Aplikasi Aksiologi dalam Manajemen Pendidikan Islam

Implementasi nilai-nilai aksiologi dalam kebijakan pendidikan Islam sangat penting untuk memastikan bahwa pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter siswa. Kebijakan pendidikan yang berbasis nilai aksiologi dapat memberikan panduan yang jelas bagi pengelola lembaga pendidikan dalam merumuskan visi dan misi mereka. Misalnya, Kementerian Agama Republik Indonesia telah menerbitkan kebijakan yang mendorong sekolah-sekolah untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam kurikulum mereka (Kemenag, hal. 8, 2021).

Statistik menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang menerapkan kebijakan berbasis aksiologi cenderung menghasilkan lulusan yang lebih baik dalam hal moral dan etika. Menurut survei yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) pada tahun 2021, 78% lulusan sekolah yang menerapkan nilai-nilai aksikologi melaporkan bahwa mereka merasa lebih siap menghadapi tantangan kehidupan (LPPM, hal. 25, 2021). Ini menunjukkan bahwa kebijakan yang mengedepankan nilai aksiologi dapat berkontribusi pada pengembangan karakter siswa.

Contoh implementasi nilai aksiologi dalam kebijakan pendidikan dapat dilihat pada program pendidikan karakter yang diterapkan di banyak sekolah Islam. Program ini tidak hanya fokus pada pengajaran akademis, tetapi juga mengajarkan siswa tentang nilai-nilai moral dan etis yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa tidak hanya menjadi cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang baik.

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai aksiologi dalam kebijakan pendidikan, lembaga pendidikan Islam dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Arifin (2020) yang menyatakan bahwa pendidikan yang baik harus mencakup semua aspek pengembangan individu, termasuk moral, etika, dan karakter.

Salah satu contoh nyata penerapan aksiologi dalam pendidikan Islam dapat dilihat pada Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al-Falah di Jakarta. Sekolah ini menerapkan kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai aksiologi, etika, dan moralitas dalam setiap aspek pengajaran. Dalam praktiknya, siswa diajarkan untuk menghargai keindahan dalam setiap pelajaran, baik itu dalam seni, sains, maupun agama.

Data dari evaluasi internal sekolah menunjukkan bahwa 90% siswa merasa lebih termotivasi untuk belajar ketika mereka diajarkan dengan cara yang mengedepankan nilai-nilai estetika dan moral (SDIT Al-Falah, hal. 14, 2022). Selain itu, siswa juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial yang mengajarkan mereka tentang tanggung jawab moral dan sosial. Ini menunjukkan bahwa penerapan aksiologi dalam pendidikan dapat menghasilkan siswa yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang baik.

Contoh lain dapat dilihat pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang menerapkan program pengabdian masyarakat sebagai bagian dari kurikulum mereka. Siswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan sosial yang tidak hanya mengajarkan mereka tentang tanggung jawab sosial, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai moral yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Program ini membantu siswa untuk memahami pentingnya moralitas dalam konteks yang lebih luas, sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pada kepedulian terhadap sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun