Mohon tunggu...
Shinbenuna
Shinbenuna Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Mengosongkan isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Istri Kedua (1)

13 April 2024   12:34 Diperbarui: 13 April 2024   12:52 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hemmm, Dika" Anton membuka suara menyadarkan Dika bahwa disekitarnya ada teman --temannya yang sangat penasaran dengan wanita hamil yang barusan ia ajak bicara.

"Hei kalian, perkenalkan ini Gendhis, Istriku" Dika mengucapkannya lirih, sedikit canggung"

Lima sekawan itu kemudian terbengong dan merasa bersalah dengan apa yang telah mereka katakan sebelumnya. Mereka tidak pernah menyangkan wanita hamil cantik yang ada di dekat mereka adalah istri kedua Dika yang mereka bicarakan. Rasanya sangat kejam saat melihat langsung waajah istri kedua Dika yang jauh dari sosok pelakor yang ada diotak mereka. Wanita cantik dan teduh!

"Mohon maaf ya mas mas, saya ini bukan pelakor lo, Mbak Arumi yang meminta saya untuk menikah dengan Mas Adi" Gendhis berbicara lembut dan tersenyum. 

"Maafkan kami  ya mbak" Havid mendekati Gendhis dan meminta maaf dengan tulus. Melihat wajah Gendhis, Havid yakin Gendhis bukan orang yang akan mengambil suami orang lain.

"Mas, Lain kali sebelum bergosip tolong dipastikan dulu orang yang digosipkan tidak ada disekitarnya ya" Gendhis tersenyum, mencoba melucu untuk mencairkan suasana. Meski mulutnya mencoba untuk bersikap biasa namun tidak dengan hatinya. Hatinya masih terasa teremas. Sedikit sakit!

 Dika mendesah perlahan " Guys, Ini Gendhis istri keduaku, Asal kalian tahu, Arumi yang menyuruh aku untuk menikahinya. Tidak ada istilah merebut suami orang untuk Gendhis! Mungkin otak kalian mikir aku menikahinya karena hamil duluan kan? aku tegaskan sekali lagi anak yang dikandung Gendhis hadir saat kami sudah menikah!" Rasanya Dika harus menjelaskan kepada teman -- temannya. Sudah cukup selama ini Dika melihat Gendhis terluka. 

Tidak ada yang pernah menginginkan menjadi kedua dalam sebuah kehidupan. Semua selalu menginginginkan posisi  pertama dan utama. Pertama adalah posisi yang tertinggi dalam dinamika hidup sebagai manusia. Betapa menyenangkan bukan berada diposisi tertinggi dalam hal apapun? 

Rasanya menjadi normal dan sangat amat wajar bagi manusia memiliki obsesi seperti itu. Selalu ada alasan mengapa yang pertama selalu menjadi hal yang tidak mudah untuk dilupakan. Terutama untuk pertama jatuh cinta, Klasik!

Membicarakan tentang menjadi yang pertama dan utama di masa depan terlihat sangat menarik. Di imbangi dengan imajinasi yang sedikit berlebihan tentang angan -- angan dan impian yang membuat sudut bibir tak hentinya menyunggingkan senyuman. 

Ya, sebuah bayangan tentang sebuah pengharapan. Manusia sering terbuai dengan sebuah harapan. Tapi kadang mereka sering tidak bisa memahami tentang sebuah masa depan itu sendiri. Pernahkah ada yang mendengar sebuah ungkapan bahwa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun