Mohon tunggu...
Shinbenuna
Shinbenuna Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Mengosongkan isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Istri Kedua (1)

13 April 2024   12:34 Diperbarui: 13 April 2024   12:52 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau tahu? Ada hal yang lebih tajam dan perih dari sabetan pisau belati. Yaitu ucapan dan prasangka dari manusia yang tidak tahu apa -- apa tapi menghakimi seolah -- olah mereka tahu akan kebenarannya.

"Mas, kan kita harus sapa sama nyambut beberapa tamu lagi" Arumi enggan melepaskan Dika. Akhir -- akhir ini ia cemburu sekali dengan Gendhis. Ia lebih sering memonopoli Dika. 

"Rum, Kamu coba lihat Gendhis, Wajahnya tidak nyaman sekali. Mengertilah sedikit!" Dika menatap Arumi tajam. 

"Jangan lama -- lama" Sambil menatap Gendhis memastikan Arumi akhirnya melepaskan Dika meski diselimuti mendung diwajahnya.

"Apa mungkin ya istri kedua Dika itu jebak Dika dan bilang kalo dia sedang hamil? Terus, akhirmya Dika harus bertanggung jawab menikahinya?" Rohman mengutarakan apa yang ada dikepalanya.

"Murahan! Kok mau ya Dika sama wanita murahan seperti itu. Wanita murahan seperti itu hanya untuk main -- main kenapa harus dinikahi sih bego banget si Dika?" Havid heran kenapa Dika harus terjebak dengan memiliki dua istri. Dika bukan pria kaya lalu kenapa merepotkan hidup dengan memelihara dua istri. Satu saja bikin sakit kepala kenapa harus memelihara dua!

"Tapi katanya istri keduanya cukup cantik lo"  Zaki menimpali obrolan mereka

"Kamu ini jangan sok tahu deh, orang kamu belum pernah ketemu juga" Anton mengeplak kepala Zaki menganggap itu hanyalah bualan dan omong kosong saja.

"Cuma wanita jalang dan murahan yang mau menjadi istri kedua!" Arif mengucapkannya dengan dingin dan senyum sinis lalu meminum teh yang ada dihadapannya. Hati Gendhis rasanya sungguh tercubit. Ia meremas dengan kuat bajunya menyalurkan emosi yang tidak bisa ia keluarkan.

"Ayu, Kamu gak papa kan?" Dika sudah sampai disamping Gendhis dan membawakannya Air minum.

"Mas kok kesini? Kan Mas harus nyapa relasi dan kerabat sama mbak Arumi?" tanya Gendhis sedikit keheranan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun