Precil langsung lari ngibrit mengambil senter yang ketinggalan di rumah. Beberapa menit kemudian Precil sampai di cakruk. Nafasnya ngos-ngosan.
"Segitu saja ngos-ngosan, bagaimana jalan jauh nanti."
"Iya, bos tadi tiba-tiba di dekat pohon waru itu mencium bau singkong kebakar..."
"Siapa yang masak?"
"Nggak tahu arahnya dari gerumbul gelap sebelahnya."
"Wiss, tidak usah cerita lagi, berangkat!"
Suasana di desa tidak seperti di kota. Di kota di mana-mana banyak lampu. Di desa lampu hanya ada di tempat tertentu. Ketika melewati bulak maka penerangan benar-benar tidak ada. Kalau tidak punya senter ya lihat cahaya langit atau pantulan-pantulan apa yang membantu melihat jalan di depan.
Suyut yang sebetulnya penakut, mendekat ke Precil.
"Jangan cepat-cepat Cil,"
"Ini sudah pelan bos."
"Pelan, Mbahmu!"