"Mas Bondan sih genit, sudah punya istri masih gatel menggoda perempuan lain."
"Niatku khan buat hiburan saja. Tidak serius, masa setiap hari gaulnya sama air dan pasir, sekali-sekali lihat yang kinclong."
"Mbak Parti khan cantik Mas Bondan, kenapa masih terpikat dengan perempuan lain."
"Kadang-kadang bosan melihat yang itu-itu saja hahahaha..."
"Woow, njenengan kocluk."
"Yah, kalau hidup tidak dibuat variasi cepat tua."
Hidup dimanapun baik di kota maupun desa, masalah selalu ada. Dinamika kehidupan dimiliki oleh setiap orang. Orang yang tidak beruntung kadang malah ibaratnya seperti peribahasa, sudah jatuh tertimpa tangga, kesiram air panas pula.
Maka hiburan sangat penting untuk menjaga hidup semakin hidup, masalah menjadi lebih ringan karena ada hiburan. Wayang, seni tradisi, ketoprak yang menjadi hiburan murah meriah orang-orang desa. Jangan dipikir semua orang desa tidak berpengetahuan. Pengetahuan karakter, filosofi malah kadang lebih tinggi. Hal ini karena ada pergumulan, ada kontemplasi ada diskusi saat mereka rehat. Pengalaman reflektif itu bukan semata karena ajaran agama, tapi interaksi manusia dengan alam semesta, tradisi turun temurun.
Manusia menjadi lebih bijaksana karena ada pengalaman, ada banyak hal yang membuat jauh lebih dewasa. Beban, tekanan, pekerjaan, keberuntungan, dan juga maut dan kematian yang dekat dengan kehidupan.
Budaya, tradisi itu jauh lebih tua dari agama. Agama baru lahir namun tradisi sudah ada. Alam dan manusia sudah lama berdialog, bersinergi. Ketika manusia harmonis dengan alam semesta, bencana menjauh, jika manusia sering melecehkan alam maka bencana demi bencana datang.
Sekarang, dengan munculnya dominasi agama banyak manusia mulai menyisihkan tradisi, membawa budaya lain yang jauh. Sudut pandang budaya yang beda alam membawa konsekwensi untuk meruntuhkan kekayaan filosofi harmoni manusia dengan alam semesta.