Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Wayang Potehi Jembatan Memahami Budaya China

8 Mei 2018   20:01 Diperbarui: 9 Mei 2018   12:35 2813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat musik wayang potensi,rebab Tiongkok,tutup panci,dsb (foto oleh Joko Dwi)

Sayangnya kebudayaan sering dijadikan sasaran pemberangusan oleh orang --orang politik yang tidak bisa menghargai kebudayaan sebagai bagian dari kebebasan berekspresi. Pesan-pesan wayang dan ajarannya sering diberi label kiri(karena dikaitkan dengan negara asal China yang berafiliasi PKI). 

Penghargaan Terhadap Tokoh yang Merawat Kebudayaan

Bentara Budaya menampilkan wayang potehi sebagai cara untuk menghargai mereka yang telah merawat kebudayaan, menghidupkan kesenian. Toni Suharsono ( Tok Hong Lay)adalah salah satu tokoh yang gigih untuk mengidupkan kembali wayang potehi di Indonesia. Dengan kegigihan beliau dia diberi penghargaan oleh 35 Bentara Budaya. 

Tokoh-tokoh wayang itu digambarkan dalam sebuah boneka kecil. Riasan karakternya begitu rapi dengan warna-warna mencolok, kontras. Berbagai tokoh seperti Lam Kek Sian Ong, Boe Sam Soe, Se Tay Cin Kang, Ban Kuang Wajah melotot, membawa tombak bermata kuning, jenggot panjang hitung besar Sam Thau Hok Pie.

Ban Kuang salah satu tokoh wayang potehi (foto oleh Joko Dwi)
Ban Kuang salah satu tokoh wayang potehi (foto oleh Joko Dwi)
Jika anda penasaran dengan penampakan Wayang Potehi silahkan datang ke Bentara Budaya Jakarta. Mari bersama ikut merawat kebudayaan dan menghidupkan kesenian agar mampu memberi keseimbangan jiwa di tengah isu-isu seru tentang politik yang membuat panas otak. 

Dengan menghidupkan seni bisa merawat jiwa untuk tidak terseret dalam arus "gila" massa yang  sedang mabuk politik, amnesia kerendahan hati. Memahami karakter manusia berarti memahami betapa berharganya pribadi yang merdeka. Salam Damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun