Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sungguh, Ibu adalah Sekolah Pertamaku

6 Desember 2020   23:58 Diperbarui: 7 Desember 2020   00:05 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: @dwi_klarasari

Begitulah ibuku! Dari beliau aku belajar bagaimana menjadi guru yang baik serta memahami setiap anak didik. Dari beliau kusadari bahwa belajar seumur hidup merupakan sebuah keharusan. Bukan untuk menjadi nomor satu, tetapi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Mau menggunakan kesempatan untuk belajar hal-hal baru juga menjadi wujud syukur kepada Tuhan.  

Alhasil, ketika ibu menyerahkan tongkat estafet kepadaku dan rekan-rekan muda untuk mengajar Sekolah Minggu semua yang telah tercerap dapat kupraktikkan. Bersenjatakan dongeng, kasih, dan kesabaran anak-anak pun gembira belajar. Kesukaan mempelajari hal-hal baru sangat membantu ketika kemudian aku menjadi seorang pendidik. 

Bersyukur dalam Segala Keadaan

Ibu (bersama ayah) mengenalkan anak-anaknya pada agama dan nilai-nilai spiritual. Bagaimana kami berdoa dan berelasi dengan Sang Pencipta. Ibu seorang pendoa yang tekun. Ketekunannya sering membuat kami merasa tak sanggup mengikuti, apalagi bila harus bangun tengah malam untuk berdoa. Beliau juga rajin menjagak kami berziarah.     

Lebih dari sebuah ketekunan dalam doa, pembelajaran paling penting dari ibu adalah aktualisasi iman. Salah satunya dengan cara bersyukur, bahkan ketika jatuh dalam sakit dan kemalangan. Salah satu moto ibu yang paling kuingat adalah "Bersyukurlah dalam segala keadaan". Bagiku inilah pelajaran tersulit untuk dipraktikkan hingga sampai hari ini pun sepertinya aku belum lulus.

Ibu "sekolah pertamaku" masih memberiku banyak pelajaran bahkan setelah beliau tiada. Banyak pelajaran dan nasihat yang sempat terabaikan menjadi pelajaran berharga hingga kini. Bagiku, ibu sekolah pertamaku, dahulu hingga kapan pun. Terima kasih Ibu, dalam doaku selalu kupinta surga bagimu.

Depok, 6 Desember 2020

Salam Literasi, Dwi Klarasari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun