Mohon tunggu...
Dwi Handoko Saputro
Dwi Handoko Saputro Mohon Tunggu... Guru - Kehidupan itu sebuah cerita

Menulis bagian dari kehidupan yang manis dan nyata karena bagian sebuah cerita

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Diri Sendiri

15 April 2022   06:24 Diperbarui: 15 April 2022   06:36 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam kehidupan di alam semesta, banyak manusia tidak mengetahui siapakah diri kita ini? Ini yang harus kita pahami dalam menjalani hidup di dunia. 

Jangan sampai tidak mengenal siapa diri kita ini dalam pencapaian tahap pemahaman yang tersirat pada diri sendiri agar dapat mendekatkan diri kepada sang pencipta. 

Dengan mengenal dan mendalami diri sendiri sebagai cerminan qolbu dalam kehidupan sehari-hari kepada sang pencipta, yang mana qolbu akan dekat dan berinteraksi kepada sang pencipta karena diri kita akan merasa memiliki dosa-dosa besar dari orang lain.

Sebagai manusia kita tidak mengetahui apakah kita sudah dekat atau masih jauh kepada sang pencipta, karena kunci dekat dengan kepada sang pencipta adalah dengan mengenal pribadi diri sendiri, bukan mengenal atau memahami orang lain. 

Apabila kita lebih mengenal atau mamahami orang lain, maka kita sebagai manusia hanya akan menjadi manusia yang sangat bangga dengan penilaian diri kepada orang lain. 

Inilah yang akan menumbuhkan rasa egoisme dalam diri sendiri yang akhirnya akan merasa dirinya paling benar dari orang lain. Mari kita mengenal dan pahami siapa diri kita ini sebenarnya?

1. Rambut

Manusia diberikan rambut oleh sang pencipta agar kepala terlindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan, selain itu sebagai hiasan kepala agar kelihatan menawan. 

Tapi ada yang lebih penting yaitu mengenal rambut lebih mendalam bukan dari warna, bentuk maupun rasa akan tetapi rambut dikenali dan dipahami yang tersirat yaitu untuk menolong kita agar terhindar dari siksa api neraka karena suatu saat di akherat nanti rambut akan dapat menolong kita. 

Pencucian rambut bukan hanya diberikan sampo, tetapi dalam hal ini pencucian rambut dengan berdzikir kepada sang pencipta. Orang akan bertanya apakah rambut bisa berdzikir? Apakah rambut bisa berbicara? Apakah rambut bisa merasakan sesuatu?

Disinilah kita sebagai manusia harus tahu lebih dalam yang tersirat dalam diri kita. Pada saat manusia berwudhlu dengan merendah, disitulah rambut akan berdzikir dan akan merasakan dzikirnya rambut dengan kesegaran yang akan mengalir ke qolbu kita, sehingga pada saat hendak melangkahkan kaki kita menuju sholat pada saat itu kepala kita akan terasa ringan sembari dalam qolbu berbisik “laa illa ha illallah”. Itulah yang akan kita rasakan bahwa sang pencipta dekat dengan qolbu manusia yang secara tidak disadari. 

Peresapan berdzikir rambut melalui pori-pori kulit kepala akan menyegarkan sel-sel syaraf kepala yang terhubung dengan qolbu sebagai nikmat pemberian sang pencipta.

2. Alat Indera

Manusia memiliki alat indera untuk bisa melihat, merasakan, menciptakan hal-hal yang berhubungan dengan yang manusia inginkan agar tercapai tingkat kepuasannya. 

Mengapa sang pencipta memberikan alat indera kepada kita? Tidak lain hanya untuk mengenalnya, bahwa sebenarnya sang pencipta memberikan alat indera kepada kita agar kita sebagai manusia bisa mengetahui yang tersirat dalam diri kita.

a. Mata

Alat indera penglihatan yang dimiliki oleh manusia yang harus disyukuri sebagai pemberian nikmat dari sang pencipta. Mata yang dimiliki setiap manusia terhubung oleh syaraf-syaraf qolbu, sehingga apa yang kita lihat maka qolbu akan berbisik sesuai yang dilihat. 

Jika yang dilihatnya baik, maka baik pula bisikannya dan jika yang dilihat tidak baik, maka tidak baik pula bisikan qolbunya. Agar setiap bisikan qolbu menghasilkan bisikan yang baik, kita sebagai manusia harus bisa mensucikan mata dengan berdzikir. 

Timbul pertanyaan bagaimana mata bisa berdzikir? Sang pencipta memberikan mata bukan untuk menangis dan bukan pula untuk melihat hal-hal yang tidak bermanfaat, tapi sang pencipta memberikan mata untuk mempelajari hal-hal yang tersirat dalam penglihatan manusia. Apa yang tersirat? Yaitu dzikirnya mata, karena mata manusia terbagi menjadi dua;

Pertama, mata nyata yang bisa kita sentuh dan diraba serta dilihat oleh orang lain. Inilah yang harus kita syukuri atas nikmat sang pencipta dengan berdzikir. Dzikirnya mata adalah dengan menangis dan berkedip itu yang tidak manusia sadari, bagaimana manusia merasakannya? 

Pada saat manusia menangis pasti ada sebab musababnya, entah itu ada masalah atau tidak, maupun pada saat berdoa menganggungkan asma sang pencipta. Disinilah mata akan terhubung dengan qolbu berucap ”Astagfirullahal ‘azhim”, “Subhanallah”, “Alhamdulillah”. 

Pada saat mata berkedip tidak terasa akan berucap “Alhamdulillah”, itu yang tidak kita sadari selama ini, karena kita sebagai manusia terlena dalam kenikmatan dunia sehingga kita lupa akan dzikir dan ingat sang pencipta jika kita diberikan cobaan.

Kedua, mata rasa yang berasal dari syaraf-syaraf kulit dan udara yang tidak bisa diraba atau dilihat tapi bisa dirasakan, ini yang dimiliki oleh manusia tidak punya mata atau buta. 

Mata rasa ini senantiasa berdzikir terus karena masih bisa menikmati pemberian sang pencipta dengan perenungan dzikir ”Astagfirullahal ‘azhim”, “Subhanallah”, “Alhamdulillah”. alat indera mata suatu saat akan dipertanggungjawabkan di akherat kelak kepada sang pencipta.

b. Telinga

Pendengaran yang dimiliki manusia sebagai alat indera dalam berkomunikasi menangkap getaran atau suara yang berasal dari luar maupun dari dalam diri sendiri. Telinga sebagai alat pendengaran untuk mendengarkan hal-hal yang baik maupun yang tidak baik, tersurat maupun tersirat. 

Telinga tersusun oleh susunan sel saraf yang terhubung dengan qolbu sehingga berpengaruh terhadap emosi dan kesabaran manusia dalam berkomunikasi hal ini yang harus diperhatikan dalam diri sendiri sebagai renungan diri.

Secara imani telinga juga berdzikir yang tidak dapat dirasakan oleh orang lain tapi hanya dirasakan oleh dirinya sendiri dengan keimanan. 

Nah, apakah bisa dirasakan oleh manusia yang tidak memiliki keimanan? Keimanan sebuah keyakinan manusia untuk menumbuhkan motivasi manusia dekat dengan sang penciptanya. 

Bagaimana telinga berdzikir? Berdzikirnya telinga dengan keimanan yang membuat hati dan pikiran bergema yaa samii’ sebagai asma sang pencipta. 

Manusia kadangkala menyadari dzikirnya telinga, tapi tidak menyadari bahwa itu adalah dzikirnya telinga juga dapat sebagai pertanda kabar baik buruknya berita yang diterima manusia. 

Sebuah dengingan atau getaran itu sebagai dzikirnya telinga tanpa manusia sadari, percaya tidak percaya adanya yang ghoib karena itu bagian dari iman manusia.

c. Hidung

Bagian pengenalan diri sebagai perenungan manusia dalam hal mencium atau membau suatu benda, dimana sel saraf hidung terhubung dengan qolbu akan terserap kedalam pikiran manusia yang merupakan hasil perenungan diri dalam mendekatkan diri kepada sang pencipta. Hidung bagian yang tersurat dalam anggota tubuh manusia yang dapat menunjukkan rasa di qolbu. 

Bagaimana hidung berdzikir? Dzikirnya hidung yaitu pada saat menangis maka akan keluar air yang terhubung dengan air mata yang keluar pada saat manusia berdoa mengagungkan asmaul husna sang pencipta dengan ikhlas dihadapan sang pencipta, sebagai penolong manusia pada saat adanya hari penghakiman dihadapan sang pencipta

d. Lidah

Manusia banyak yang berkata bahwa lidah itu tidak bertulang dan lidah itu sangat tajam melebihi tajamnya pisau, makanya manusia dalam menggunakan lidah sangat berhati-hati. 

Dilihat dari sisi qolbu keimanan, lidah memiliki dua sisi sifat yang dibatasi oleh lekukan kecil diujung lidah yang terlihat samar, dua sisi sifat lidah adalah sifat kebaikan dan sifat keburukan yang tidak lepas dari kontrol pikiran yang terhubung oleh qolbu manusia. 

Dzikirnya lidah sangat tersurat dalam pikiran dan qolbu yang terbalut oleh jiwa manusia sehingga manusia dapat merasakan melalui telinga-hidung-napas untuk memunculkan kebaikan yang tersirat dihadapan sang pencipta.

e. Kulit

Indera perasa yang membalut daging dan tulang agar kuat untuk melakukan segala kegiatan didunia, kulit manusia memiliki pori-pori sebagai tempat keluarnya keringat atau kotoran setelah beraktifitas, adapun sel-sel saraf yang terdapat dikulit akan terhubung dengan pikiran kemudian tersistem ke dalam qolbu manusia sehingga dapat merasakan dan menggerakan anggota tubuh manusia. 

Muncul pertanyaan kembali, bagaimana kulit berdzikir? Secara qolbu keimanan, kulit manusia akan mengalami ketenangan pada saat manusia itu berpuasa, bagaimana merasakannya? 

Manusia dapat merasakannya pada saat manusia itu menyentuh kulitnya sendiri terasa hangat, halus, dan pada saat jalan akan terasa ringan, sedangkan dzikirnya kulit manusia pada saat manusia keluar keringat dan pada saat bersuci sembari dalam qolbu manusia berbisik “Alhamdulillah” tanpa manusia sadari, dan kulit manusia akan terasa segar kembali.

Seluruh anggota tubuh manusia tersusun dari kulit-daging-tulang-sel saraf-segumpal darah yang terstruktur dan sistematis menyatu menjadi satu kesatuan jiwa dalam qolbu manusia yang harus dipelihara dan dibina dengan keimanan agar pada saat dihadapan sang pencipta manusia dapat mempertanggung jawabkannya. 

Memperbanyak mengingat asmaul husna sang pencipta qolbu akan terjaga dari berbagai godaan dunia, manusia hanya berusaha untuk membersihkan dan menjaga qolbunya dalam berbagai kenikmatan dengan bersyukur dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Sang pencipta memberikan kehidupan manusia didunia bukan hanya untuk kenikmatan saja tetapi diikuti dengan kesengsaraan dan kesedihan, karena untuk menguji qolbu manusia sebelum menuju surge-Nya sang pencipta. 

Ujian yang diberikan sang pencipta sesuai dengan kemampuan manusia, makanya setiap perbuatan manusia yang dilakukan akan diberikan balasannya. 

Tetapi waktu dan kapan diberikan balasannya manusia tidak akan menyadari, karena sang pencipta ingin manusia berhati-hati dalam berbicara dan bertindak bahwa setiap balasannya manusia tidak akan menyadarinya atau tidak akan menengok ke belakang apa yang sudah diperbuatnya, tetapi manusia hanya dapat bersedih dan mengeluh, mengapa cobaanku sangat berat? 

Apakah sang pencipta tidak sayang lagi? Justru sang pencipta sayang sekali dengan ciptaannya karena tanda sayangnya memberikan ujian kepada manusia dan agar manusia dapat menengok ke belakang apa yang sudah diperbuatnya dengan kalimat lain muhasabah diri atau introspeksi diri.

Itulah manfaat ujian atau cobaan manusia yang diberikan dari sang pencipta agar manusia mampu membersihkan qolbu dan jiwanya dengan mengenal diri sendiri sehingga segala ujian dan cobaan yang diberikan dari sang pencipta agar manusia mampu mengatasinya dengan mengingat segala ciptaan-Nya, mulai dari diri manusia itu sendiri sampai yang ada disekelilingnya.

Marilah kita sebagai manusia berusaha untuk mengenal diri kita sendiri dengan penuh kesabaran dan keimanan yang telah diberikan sang pencipta, mulai dari alam rahim sampai sakaratul maut, karena mengenal diri sendiri ini harus dengan mengingat terus segala ciptaan-Nya dan segala ujian-Nya agar manusia mampu bermuhasabah diri dengan penuh semangat jiwa dan qolbu yang tertanam didalam diri kita dari sejak lahir, yang membuat kita ikhlas dalam menjalani kehidupan didunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun