Mohon tunggu...
Yudha Prisnanto
Yudha Prisnanto Mohon Tunggu... Desainer - Digital Marketing & Pembuat Website

Inspirasi, isi hati, konspirasi, motivasi, informasi, dll selalu tertuang dalam bentuk deretan kosa kata yang membentuk sebuah barisan kalimat dan menjadi kumpulan paragraf menjadikan sebuah alur cerita yang takkan pernah hilang dalam sejarah peradaban manusia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ayah Ingin Kamu Lebih Baik dari Ayah

8 September 2015   18:51 Diperbarui: 8 September 2015   18:59 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ayahku juga pernah saat jam istirahat kantornya, beliau datang ke masjid tempatku bekerja. Di sana ia membuka sepatu dan kaos kakinya, kemudian memanggilku untuk memberikannya nomor sepatunya. Aku ragu-ragu memberikannya nomor, tetapi ia tersenyum padaku dan pergi masuk. Saat perjalanan masuk salah satu temannya bertanya, "Mas, anaknya kok di biarin bekerja begitu, apa ga malu sama yang lain?"

Ayahku berkata pada temannya, "Ngapain malu, halalkan? Lagian ga ganggu sekolah, sekalian dia tau susahnya cari duit. Ntar juga bosan sendiri dia, namanya juga anak-anak pengen coba semuanya."

Ada satu kejadian lucu di salah satu hariku menjaga rak sepatu tersebut, seorang bule muslim yang baru selesai shalat, ia memberikanku nomornya dan saat aku memberikan sepatunya, ia memberiku uang 100 ribu rupiah, aku kaget dan menyuruhnya untuk memasukkan uang tersebut ke dalam kotak. Kemudian ia mengatakan dalam bahasa inggirs bahwa uang itu khusus untukku. Namun aku menolaknya karena aku hanya akan menerima uang dari hasil yang kami dapatkan di dalam kotak itu. Si bule pun tertawa dan memasukkan uang itu ke dalam saku bajuku, ia mengatakan kira-kira seperti ini, "I make vow to give this money to anyone who take care of my shoes"

Walaupun masih kelas 4 SD, aku lumayan mengerti bahasa inggris, karena di sekitar tempat tinggalku banyak bule juga.

Saat ujian kenaikan kelas, aku diminta untuk berhenti dan fokus belajar. Aku pun sudah merasa cukup senang saat itu dan aku mengikuti kata orang tuaku. Aku juga berpamitan pada teman-temanku untuk fokus sekolah, mereka pun mengerti dan memberikanku semangat.

Di sana aku belajar menyusun sesuatu dengan teliti dan mengingat susunan nomor-nomor urut sepatu dan tentunya merasakan duit hasil keringat sendiri.

 

 

Menjaga warung sepulang sekolah

Setelah sekian tahun tidak bekerja, kini aku kembali bekerja di warung pakde ku. Saat itu aku kelas 2 SMP dan tinggal bersama pakde ku. Beliau mempunyai sebuah warung kecil yang menyediakan perlengkapan dapur. Setiap pulang sekolah aku langsung menjaga warung, mengerjakan PR-PRku di warung itu. Aku mau menjaga warung itu karena keinginan ku sendiri, bukan karena di suruh. Aku sempat membicarakannya pada orang tuaku dan mereka setuju.

Jujur saja jarang ada pembeli di warung itu, namun banyak yang memesan air galon dan aku mengantarkan galon tersebut kerumah-rumah warga yang memesan. Untungnya yang memesan itu rumahnya hanya sekitaran komplek tempat tinggal pakde ku saja. Tak jarang juga aku mendapatkan tip setiap mengantarkan galon dan tip itu aku simpan di celengan ayamku.

Banyak cemo'ohan dari teman-temanku di sekolah tentang aku yang bekerja di warung, namun aku tak mengambil pusing hal tersebut karena aku suka melakukannya. Jadi kenapa harus malu? Halal toh? Bisa beli apa yang aku mau tanpa meminta pada orang tua. Hingga saatnya ujian kenaikan kelas dan lagi-lagi aku harus berhenti bekerja dan fokus untuk ujian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun