Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gigolo

28 Februari 2014   02:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:24 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

”OK. Maaf atas kenaifanku padamu”. Aku hanya terdiam, namun membiarkan gairahmu memagut sepiku. Aku harus menerima kemungkinan apapun yang akan terjadi.

==##==

Paginya, aku menatap jauh lewat jendela hotel. Lalu lalang para penduduk kota liar berhamburan. Deru mesin-mesin berbaur asap kenderaan mencemarkan birunya langit, seperti awan berarak menutupi beningnya sang surya.

Lalu aku membalikkan badan. Kulihat kamu masih pulas dalam tidur lelahmu. Setelah semalam kita bercumbu menyatukan rasa dari butiran debu yangterbina. Wajah teduhmu membuatku tak kuasa melepas kepergianmu. Aku ingin menjadi milikmu. Dan kamu adalah milikku. Tak peduli dengan suara bising beragam kata yang menyelinap memekakkan telinga. Tak peduli cahaya malam semakin melepuh. Tak peduli para pertapa sakti mulai turun gunung meninggalkan senyap. Aku membayangkan lelaki-lelaki letih masih memanjakan dirinya di kamar-kamar hotel atau menyerbu panti-panti pijat untuk menghilangkan penat dengan kesenangan yang tak bertara.

Tiba-tiba matamu terbuka. Pagi yang cerah telah mengulum senyummu. Aku beringsut mendekat ingin menyampaikan bahasa tubuh yang terdalam. Suaramu bergumam, lalu menyambut uluran tanganku. Kitapun terpacu dalam gejolak jiwa yang tak berkesudahan.

”Maafkan aku, aku bukanlah dari keluarga yang harmonis. Sebenarnya, Ayahku pun pergi meninggalkan Ibu. Sejak itu, Ibuku tak pernah menikah lagi. Sampai usia tua menghadangnya, ia tersingkir dan tak dapat lagi melanjutkan hidup yang menyengsarakannya selama bertahun-tahun. Aku juga benci dengan Ayahku. Kalau saja sekarang aku dapat berjumpa ia, maka belatiku akan siap menyergapnya”, kataku membuka cerita penuh nada kebencian.

”Aku berlari ke Jakarta ini. Terjepit dalam sempitnya pilihan. Sampai sebuah tawaran manis menghantarku, seseorang menawarkan pekerjaan yang menantang di sebuah rumah produksi. Lalu aku berkenalan dengan banyak laki-laki yang ternyata begitu nafsu ingin menerkam tubuhku”. Lanjutku seraya menunduk, lalu mengumbar senyum hambar karena ujung hidungku mulai memerah menahan banjir air mata.

Dengan suara tercekat aku katakan bahwa mereka memasukkan obat perangsang ke dalam kopi yang mereka sediakan untukku. Hingga di malam kejadian itu, aku tak ingat apa-apa lagi saat mereka melucuti pakaianku satu demi satu. Dan merusak jalan lurusku menjadi terbengkok dan berubah arah.

”Aku marah. Perih di tubuhku lebih perih lagi hatiku. Mereka menipuku. Aku diperlakukan tak ubahnya sebagai budak nafsu. Mau berontak sudah terlanjur jauh. Ingin pulang ke Palembang tidak mungkin, keluarga sudah sangat bangga karena aku dapat bekerja di Jakarta. Akhirnya, aku membiarkan diriku dalam hantaman kerja jahanam ini. Apalagi mereka selalu melemparkan uang ke atas tempat tidur begitu selesai memerah keringat dan menghisap darahku”.

Kamu merentangkan tangan kekarmu. Kujatuhkan tubuhku menikmati sentuhanmu.

”Untunglah akhirnya aku bertemu kamu. Aku pun yang tadinya hendak mengakhiri hidup melihat cahaya kembali. Tapi kini kamu ingin pergi jauh, meninggalkan kenangan begitu saja, seolah kamu sedang murka?” kataku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun